Curhatan Petani Stroberi di Sembalun, Buah Busuk di Momen Lebaran
April hingga Mei ini, hujan deras menyebabkan buah stroberi mudah busuk sehingga buah yang bisa dipetik pun sangat sedikit
Penulis: Ahmad Wawan Sugandika | Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Ahmad Wawan Sugandika
TRIBUNLOMBOK.COM,LOMBOK TIMUR - Selain keindahan alam dan Gunung Rinjaninya, Sembalun juga terkenal dengan wisata memetik atau berburu stroberi.
Momen liburan menjadi momen yang paling di tunggu bagi petani stroberi yang ada di Sembalun, Kabupaten Lombok Timur.
Lebih lebih mengacu pada dilonggarkan peraturan Covid-19 tentang keramaian di tempat wisata membuat bebrapa pelaku usaha di tempat wisata berharap lebih terhadap pendapatannya.
Tetapi tidak dengan petani stroberi di Sembalun, pasalnya di bulan April hingga Mei ini, hujan deras menyebabkan buah stroberi mudah busuk sehingga buah yang bisa dipetik pun sangat sedikit.
Baca juga: Libur Lebaran 2022, Begini Suasana Pendaki Padati Danau Segara Anak Gunung Rinjani
Ini di ungkapkan Widia (33) salah seorang petani stroberi yang membuka jasa wisata petik stroberi di Desa Sembalun Bumbung Kecamatan Sembalun, Lombok Timur.
"Buah stroberi sangat sensitif dengan banyaknya air yang menggenangi tempat tumbuhnya, jika terlalu banyak air dan lembab, maka buahnya akan cepat busuk," ucapnya kepada TribunLombok.com Selasa (10/5/2022).
"kerap kali wisatawan yang ingin petik stroberi saya kasih tau kalau buahnya sedikit, takut kalau-kalai nanti dia kecewa sesudah masuknya," ungkap ibu dua anak ini.
Ia mengaku agak kecewa dengan hal tersebut, pasalnya kurangnya buah stroberi ini terjadi waktu dimana wisatawan sudah muali ramai berdatangan di Sembalun.
Baca juga: Menyoal Proyek Pembangunan Kereta Gantung Rinjani, Gubernur NTB: Prinsipnya Tidak Merusak Lingkungan
"Ya kecewa sih ada, dua tahun kemarin normal, sekarang waktu ramainya pengunjung jadi sedikut seperti ini," tuturnya.
Dikarenakan sedikitnya buah, pun juga pedagang stroberi yang biasanya berjejer sepanjang jalan di Desa Sembalun Bumbung itu tahun ini mulai berkurang.
Walaupun ada, harga yang di tawarkan permikanya 2x lipat dari harga normal.
"Kalau sekarang karna buahnya sedikit, permikanya yang dulunya harga Rp 10 ribu sekarang bisa sampai Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu per mikanya," jelasnya.
Yami Ulandari (23) salah seorang pengunjung yang diketahui berasal dari Kopang mengatakan jikalau berkunjung ke sembalun oleh-oleh yang kerap di cari pasti stroberi.
Ia pun mengeluhkan karna sedikitnya buah yang ada di tahun ini, dan juga harga yang terlampau lebih mahal ketimbang tahun tahun kemarin.
"Jarang buahnya sekarang, kalau dulu sepanjang jalan pasti warung pinggir jalan rata-rata jual, kalau sekarang ada beberapa tapi nggak semua, pun juga harganya mahal satu mika Rp 25 ribu" tutupnya.
(*)