Kisah Penjual Bakso Terminal Mandalika, Jualan 40 Tahun untuk Hidupi 13 Anaknya
Idris (65), seorang penjual bakso di Terminal Mandalika, Kota Mataram, NTB berjualan bakso puluhan tahun untuk menghidupi 13 orang anaknya.
Penulis: Jimmy Sucipto | Editor: Sirtupillaili
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Jimmy Sucipto
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Di tengah hujan deras yang mengguyur Terminal Mandalika, seorang pria lanjut usia (lansia) mendorong gerobaknya.
Idris (65), nama pria itu.
Dia merupakan penjual soto dan bakso di Terminal Mandalika, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Hujan dan cuaca kurang bersahabat hari itu tidak membuat Idris patah semangat.
Dengan sisa tenaga yang dimiliki dia terus menawarkan dagangannya ke orang-orang yang melintas.
Pekerjaan itu sudah dilakoninya sejak 40 tahun silam.
Hingga kini dia masih tetap istiqomah dengan usahanya itu.
Baca juga: Mengenali Babalo, Suporter Lombok FC yang Ingin Rangkul Para Pecinta Sepakbola NTB
Sebelum berjualan bakso di Terminal Mandalika, ia pernah berjualan di Pelabuhan Ampenan.
Kala itu, tahun 1960-an Pelabuhan Ampenan masih aktif dan menjadi pintu masuk ke Pulau Lombok.
Pelabuhan tersebut cukup sibuk.
Hingga saat ini dia masih mengingat beberapa nama kapal ternama saat itu, antara lain Kuda Putih dan Gunung Jati.
Tapi sejak Pelabuhan Ampenan ditutup tahun 1970, dia pun pindah mencari tempat baru untuk berjualan.
Idris hingga saat ini masih setia berjualan. Satu-satunya pekerjaan yang bisa dilakukan untuk menafkahi keluarga.
Pada puncak kedatangan pemudik di Terminal Mandalika saat ini, dia merasa agak sepi pembeli.