Wawancara Khusus

Gubernur Zulkieflimansyah: Kita Menjadi Pemain Dunia dalam Event MotoGP dan MXGP

Jadi luar biasa dan kita melihat bagaimana di tengah pandemi (Covid-19), satu kegiatan akbar mampu menyedot perhatian besar dan sukses.

Penulis: Patayatul Wahidah | Editor: Dion DB Putra

Sehingga nanti saat World Super Bike (WSBK) November 2022 atau GT Endurance bulan Oktober sudah ada perubahan dan perbaikan.

Nah saya membayangkan kalau international street circuit ini melaksanakan event tiap bulan, impact buat masyarakat dan ekonomi NTB akan sangat besar.

Poin  yang Bang Zul sebut itu benar. Ada yang bilang sirkuit Mandalika jangan nganggur. Harus selalu ada event.

Pak Erick Thohir (menteri BUMN) punya pengalaman mengelola event, mengelola olahraga sehingga kemungkinan sirkuitnya bukan hanya yang ada sekarang ini.

Jadi, di situ juga ada mini MotoGP dan sebagainya seperti City of Motor, Motor City. Sehingga nanti jangan sampai Sirkuit Mandalika dipakai serampangan, sakralnya hilang.

Sirkuit Mandalika digunakan saat-saat tertentu saja. Seperti FA Cup (kejuaraan sepak bola antarklub Liga Inggris)itu kalau orang main di Stadion Wembley itu lain. Hanya final saja. Jadi perjalanan panjang road to Wembley. Jadi lain.

Jadi yang tampil di sirkuit Mandalika harus kelas MotoGP atau F1?

Benar, yang lain-lain di luar itu. Nanti memang akan dibikin cluster-cluster sama pak menteri BUMN, mungkin saja akan ada beberapa sirkuit tapi topnya di Sirkuit Mandalika. Bisa jadi nanti F1 juga di situ.

Itu masih dalam pengembangan Kasawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika kan?

Ya masih di kawasan Mandalika, seribuan hektar luasnya. Lumayan besar itu. Apalagi kalau kita lihat dari pesawat itu sekarang sudah ada perubahan-perubahan.

Sekarang pilot pesawat sengaja mengambil belokan di sana supaya penumpang bisa lihat Sirkuit Mandalika.

Benar Bang Zul, saya mengalami itu ketika terbang ke Surabaya dua minggu yang lalu.

Itu akan memberikan inspirasi bagi investor, wow ternyata pantainya indah. Orang punya gambaran utuh Mandalika di mana, dan daerah sekitarnya jadi seksi buat investor.

Bang Zul sekarang dikenal sebagai gubernur yang getol mengembangkan sport tourism. Setelah MotoGP akan ada MXGP. Dua event dua kelas premium. Mengapa Bang Zul menilai sport tourism cocok dengan NTB?

Ini kebetulan juga bukan karena saya jago atau apa. Kita melihat ini karena momentumnya dapat. Jadi positioning, persepsi di benak masyarakat perlu terus dijaga.

Nah kebetulan teman-teman punya akses ke MXGP yang sebenarnya hampir dilaksanakan di Lombok, di bandara lama Selaparang.

Kalau dilaksanakan di Lombok, we are more than ready karena bandara, hotel, semua sudah oke.

Tapi ketika diperlihatkan kepada pembalap dan tim, mereka bilang jauh-jauh datang hanya untuk melihat just another flat. Itu (Selaparang) flat saja. Masak sudah capek-capek terbang dari Argentina, dari Jerman, Ceko untuk sekadar balapan itu buat mereka itu apa ya?

Tak ada sesuatu yang khas?

Ya. Tapi kemudian orang MotoGP-nya dalam tanda kutip ngobrol ke sayang langsung itu agar keberatan kalau MXGP dilaksanakan di Lombok. Karena MotoGP ini entertainnya ada.

Jadi persepsi masyarakat, global audience akan konflik karena ini punya segmen yang berbeda, target audience beda, cara atau moment of tournya juga beda.

Kalau MXGP dan MotoGP sama-sama di Lombok, broadcaster all over the world, seluruh dunia, global audiencenya miliaran, nanti orang bilang Mandalika apa?

Sedangkan MotoGP itu kan glamour, cepat, sirkuitnya di aspal canggihlah itu. Orang datang pakai private jet, i'ts life style.

Nah, MXGP itu agak beda. Dia dengan natural kemudian back to nature dengan orang-orang yang agak lebih rileks.

Kita mengajak panitianya, saya bawa mereka ke Sumbawa, meskipun mereka bilang tidak mungkin ke Sumbawa karena logistik, transportasi tidak memungkinkan.

Tapi saya mengatakan cobalah ke sana. Mereka sesungguhnya sudah nggak mau, tapi nggak enak sama Pak Gubernur, ya udahlah. Mereka ikut saja. Tapi sudah menyiapkan beragam argumen untuk mengatakan pasti gak mungkin, udahlah Lombok saja.

Ketika mendarat di Sumbawa, langsung ke Pulau Moyo dan mereka terkejut sekali. Mereka tidak pernah membayangkan Sumbawa, Pulau Moyo seindah itu.

Mereka dari situ, dari Samota langsung live menceritakan pada dunia this is Samota, this is Moyo.

Lady Di was here, Mick Jagger was here. Wow. Mereka wow-nya lama banget sehinga seluruh dunia itu langsung ngomong wow kalau begitu baru pas untuk MXGP.

Lalu kita ke Pulau Moyo. Indah sekali seperti serpihan surga yang ada di kita.

Snorkling ada, ada hiu. It's beautiful. Kita ke Air Terjun Mata Jitu, air terjun purbakala, airnya banyak tapi nggak licin. Pokoknya indah.

Tribunners yang belum pernah ke sana, strongly recomended. Pulau Moyo, Mata Jitu tidak ada duanya. Kalahlah yang di Amerika itu.

Jadi ke sana mereka bilang langsung MXGP harus di sini.

Nah, buat saya itu sesuatu karena NTB ada dua pulau besar. Kalau berdasarkan pengalaman kita jadi tuan rumah MotoGP, terlalu banyak bantuan pusat ikut nimbrung.

Kalau Sumbawa dibiarkan tertinggal nanti Lombok melaju kencang sendiri, akan ada tensi sosial yang tidak bisa kita hindari.

Menurut saya ketemu pas karena sirkuitnya pas betul dengan keinginan panitia (penyelenggara MXGP) sehingga ya sudah di Sumbawa saja.

Setelah dihitung-hitung ya sama, kalau di Sumbawa berarti rumah sakit harus bagus berarti gak main-main rumah sakit harus dibenerin. Bandara harus bisa didarati pesawat berbadan besar karena pembalap-pembalap nggak mau naik pesawat ATR.

Menteri Perhubungan datang, bilang bandara harus diperbaiki. Pelabuhan untuk angkut logistik tidak bisa seperti sekarang, harus dibenerin. Kemudian listrik tidak boleh mati, listrik langsung masuk. Telkom juga masuk.

Hidup semua, orang yang awalnya mikir apa iya segala macam ya udah bisa. Homestay berbenah semua.

Jadi one event itu menggerakkan banyak hal. Rumah-rumah yang tadinya rumah subsidi tanpa peminat sekarang semua berlomba-lomba supaya itu bisa jadi tempat hunian sementara untuk penonton MXGP.

NTB ini unik. Saya kemudian melihat, Bima dan Dompu dapat apa?

Dengan adanya MXGP ini saya yakin Pulau Moyo akan hidup dimana mayoritas penduduk di sana dari Bima dengan 95 persen aktivitas ekonomi berasal dari Bima.

Teman-teman internasional ini setelah melihat Pulau Moyo, di kepalanya muncul banyak idenya. Akan dibikin endurance misalnya keliling Pulau Moyo, trail ini ada yang MXGP motor cross dan adanya yang endurance.

Mereka tuh akan berkeliling Pulau Moyo bahkan nanti nyebrang ke Doro Ncanga, itu kan dekat. Maka next eventnya itu jika mereka tertarik adalah di Dompu.

Bagaimana eksotisme Tambora dan tantangannya itu bisa jadi satu paket seperti Paris Dakar. Mereka sudah punya rencana. Paris Dakar itu ada gurun pasir tantangannya. Ini bukan gurun pasir tapi savana yang sangat indah, ada lautnya.

Mereka langsung berpikir akan ada Paris Dakar tapi mobil yang dipakai untuk balap itu mobil listrik.

Saya berharap mudah-mudahan nanti tahun depan kita bisa adakan MotoGP di Lombok, MXGP di Sumbawa kemudian event Paris Dakar-nya ada di Doro Ncanga di Dompu, maka itu wah sekali.

Jika melihat penonton lokal motocross ini banyak. Dibanding MotoGP kalau untuk lokal kita sudah punya tradisi sejak lama.

Bahkan NTB ini memiliki pembalap-pembalap kaliber nasional dan internasional. Waktu saya kecil ada Johny Pranata. Itu orang sini. Orang Lombok. Ada juga Akok. Jadi mereka (warga NTB) ada kerinduan ada international event, Motocros di NTB.

Semua daerah, saya membayangkan Bima ada eventnya, Dompu, Sumbawa, Kabupaten Sumbawa Barat, Lotim, Loteng, Lobar, Mataram ada event-nya maka kita dipaksa berubah oleh event.

Nah ini dunia yang baru, dunia yang cara mengkomunikasikan pesan-pesan itu dengan cara yang tidak biasa, termasuk dengan wawancara begini orang jadi memahami apa rencana di balik rencana sebenarnya.

Jadi buat kepala daerah nggak perlu membangun daerah melulu dengan APBD dan APBN.

MXGP ini karena sudah ada kesuksesan di MotoGP, sponsor di Jakarta itu pada ingin juga berpartisipasi.

Investor datang sendiri ya Bang?

Perjalanan panjang memang harus dimulai dari langkah pertama tinggal kita berani aja untuk melangkah.

Kita buktikan nanti MXGP mudah-mudahan terlaksana, tentu tidak ada ketidaksempurnaan.
Mengelola harapan ini perlu. Jangan ekspektasi berlebihan, harus sempurna. Nggak. Ini awal, mungkin ada macetnya, mungkin ada kurang penempatan ini itu tapi mulai dulu.

Kami selama ini terus memberitakan perkembangan MXGP Samota. Bang Zul juga sudah menunjuk komandan lapangan. Jagung sudah dipanen sehingga lahan sirkuit mulai dibangun. Dari sisi pendanaan bagaimana?

Ya bukan nggak ada masalah. Selalu pendanaan itu masalah cuma kita berusaha. Kalau kita nggak berani ya sulit.

Bank Mandiri belum bantu kalau Pertamina belum bantu. Jadi BUMN kita ini lirik-lirikan juga. Sekali Mandiri bantu, mudah-mudahan Pertamina bantu, BRI, BNI bantu, selalu begitu.

Terima kasih Mbak Sandra. Sandra ini teman saya di FE UI (Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia), dia pimpinan di Mandiri. Lihat ada keuntungan komersial.

Begitu juga di Pertamina. Saya ketemu Gubernur Jakarta sebelumnya Pak Ahok, Pak Ahok tertarik terus bilang, Gue kenalin lu sama direksi Parta Niaga. Mungkin Parta Niaga mau berpartisipasi.

Nah ketemu Parta Niaga eh ternyata teman juga, yunior saya di UI. Jadi ketemu kawan-kawan lama. Ya udah mereka berpartisipasi, ada yang Rp 500 juta, satu miliar, ada beberapa kumpul eh bisa juga.

Artinya kalau kita nggak pernah memulai dengan langkah pertama, ya nggak mungkin akan memancing keberhasilan-keberhasilan yang lain. Dan ini juga menginspirasi buat kabupaten lain.

MXGP di Indonesia ada dua seri. Seri pertama di Samota, seri kedua di Jakarta. Tapi INFRONT (penyelenggara MXGP) itu sudah lihat Sumbawa dan berpikir kalau bisa dua-duanya di Pulau Sumbawa.

Mereka mengatakan Jakarta nggak lagi masuk pertimbangan. Karena apa? Ya mereka kalau pindahkan logistik dua minggu butuh biaya besar.

Paling yang jadi pikiran kami, event kedua itu sela dua minggu. Saya usulkan di Bima karena bandaranya lebih besar.

Pembalap dari situ bisa langsung ke Argentina atau ke mana dari Bima bisa. Cuma kendalanya di Bima itu, nah masyarakat Bima harus dengar ini, susah cari sponsornya.

Karena di Bima tidak banyak industri lokal. Di Sumbawa kan kita punya PT Amman Mineral yang dulunya PT Newmont. Jadi ada industri yang skalanya cukup besar bisa berkontribusi ramai-ramai.

Di Bima saya coba cek beberapa industri, paling besar yang mau berkontribusi itu Rp 500 juta. Nah Rp 500 juta masih agak terlampau jauh.Sambil pertimbangan yang lain juga.

Kalau kamar hotel di Dompu bagus, Doro Ncana bagus tapi kalau kamar yang tersedia kurang dari 20, untuk menjadi host 200 ribu atau 100 ribu orang kan masih terlampau banyak yang kurang. Tapi ini melecuti semangat kita.

Ya mesti terus mendorong ini Bang Zul.

Ya benar. Bahwa kalau Samota bisa, sekarang Gubernur Sulawesi Tengah, Sulawesi Tengggara, yang lain-lain jadi pingin juga.

Jadi Tribunners ini suatu hal yang kami nikmati. Sekali lagi kami berterima kasih kepada pemerintah daerah kabupaten kota yang bekerja sama luar biasa dan tentu saja pada pemerintah pusat.

Saya berharap bulan Juni nanti ada shrimp estate, dekat Samota itu shrimp estate (pembibitan udang).

Saya bicara dengan Menteri Kelautan, coba dengan adanya MXGP ini kan ada desa-desa nelayan. Pak Menteri langsung punya komitmen, pokoknya dinda, sebelum MXGP desa-desa nelayan di sekitar sirkuit itu sudah jadi bagus.

Kementerian Kelautan dan Perikanan akan memperbaiki desa nelayan yang tadinya kumuh menjadi desa wisata.

Apalagi kalau shrimp estate itu nanti diresmkian oleh Pak Jokowi. Jadi sekalian dia melihat MXGP.

Pak Presiden sudah pasti hadir di MXGP?

Kita belum tahu. Pak Presiden hadir itu bukan hanya untuk satu event saja, kalau misalmnya dia hadir nanti bagaimana ground breaking shrimp estare, itu kan ada seribuan hektar jadi sentra udang nasional bahkan internasional.

Kemudian ada pengembangan rumput laut di situ sekaligus meresmikan Bendungan Beringin Sila. Jadi Pak Jokowi datang untuk tiga kegiatan sekaligus.

Menurut saya kalau Samota hidup, semua bergerak. Samota itu kependekan dari Saleh (Teluk Saleh), Pulau Moyo dan Tambora. Saleh, Moyo, Tambora.

Saleh itu akan jadi akuarium dunia, akuarium hampir sebesar Pulau Lombok. Di sana ada hiu paus sebesar bangunan ini, jadi idenya banyak sekali.

Bahkan di sana, bagi teman-teman yang belum pernah ke Teluk Saleh, banyak pulau kecil. Ada hotel-hotel terapung. Saya pernah di San Fransisco, saya lihat Teluk Saleh itu nggak kalah.

Hotel-hotel terapung mereka itu beternak ikan kerapu. Jadi kayak vila-vila terapung di tengah laut.

Mereka pakai pesawat sendiri ambil ikannya langsung dibawa ke Surabaya, Jakarta. Amazing. Orang-orang tertentu hidup dengan cara yang luar biasa.

Mudah-mudahan setelah MXGP ada event berikutnya. Sumbawa memiliki Gunung Tambora yang legendaris pula.

Ya Tambora pernah mengguncangkan dunia. Dan sebenarnya kalau Tambora hidup, Sape hidup sama Labuan Bajo dekat sekali itu. Nanti Labuan Bajo, Samota, Sape, Mandalika, Bali.

Apalagi nanti kita akan menjadi tuan rumah bersama PON dengan NTT 2028, mudah-mudahan nggak ada halangan. Fasilitas fisik nanti akan banyak kita bangun.

Mudah-mudahan semuanya lancar sehingga NTT, NTB Bali menjadi sentra baru Indonesia di masa yang akan datang.

Terakhir, silakan Bang Zul menyampaikan sesuatu kepada Tribunners.

Saya selalu di berbagai acara atau kegiatan bilang terinspirasi dengan ini, bahwa perjalanan panjang itu selalu harus dimulai dengan langkah pertama. Karena sekali kesuksesan itu datang dia akan memanggil kesuksesan-kesuksesan berikutnya.

Perjalanan ke sana itu kan mungkin ada guncangan-guncangan, tapi selama kita yakin kita punya mimpi yang indah ya (pasti tercapai). Orang kan takut bermimpi.

Dalam buku Paulo Coelho berjudul Sang Alkemis itu saya selalu terinspirasi bahwa the future belong to do believe the beauty of that dreams. Menarik sekali.

Masa depan selalu akan dimiliki oleh mereka yang punya keberanian untuk bermimpi indah.

Kita di NTB seperti mimpi tapi kita terus menikmati mimpi-mimpi indah ini.  Kalau satu saat kepentok masalah kiri kanan itu bagian dinamika saja.

Tidak ada perjalanan yang tidak ada guncangannya. Saya kira guncangan adalah bagian dari perjalanan itu sendiri.

Luar biasa. Terima kasih Bang Zul sudah sudi berbagi dengan Tribunners.

Sama-sama.

(patayatul wahidah)

 

 

 

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved