Berita Bima
Koalisi PTS di Bima Layangkan Surat Terbuka Setelah Mori Hanafi 'Dilengserkan' dari Pimpinan Dewan
Kepada TribunLombok.com, Selasa (26/4/2022), Koalisi PTS Bima dan Dompu menyatakan mereka menyampaikan sepuluh poin dalam surat terbuka tersebut.
Penulis: Atina | Editor: Dion DB Putra
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Atina
TRIBUNLOMBOK.COM, BIMA - 'Lengsernya' politisi Gerindra Mori Hanafi dari kursi pimpinan DPRD Provinsi NTB mendapat reakasi dari sejumlah pihak.
Kini Koalisi Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Bima dan Dompu, melayangkan surat terbuka pada Menteri Dalam Negeri, Gubernur NTB, Ketua DPRD Provinsi NTB, hingga ke pimpinan umum Partai Gerindra.
Baca juga: Ketua DPD Gerindra NTB, Pathul Bahri: Pergantian Mori Hanafi Tak Boleh Dibawa ke Isu SARA
Baca juga: HBK Anggap Pergantian Mori Hanafi ke Farin Sebagai Penyegaran dan Hal Biasa, Beri Contoh DPRD DKI
Kepada TribunLombok.com, Selasa (26/4/2022), Koalisi PTS Bima dan Dompu menyatakan mereka menyampaikan sepuluh poin dalam surat terbuka tersebut.
Pertama, koalisi PTS mengatakan paradigma pembangunan pada masa pandemi harus menggunakan pendekatan kolaborasi, yang dasar pertimbangan geopolitik, dilandasi penguatan sistim.
Kedua, kelembagaan politik yang demokratis seperti partai politik, DPRD harus melakukan modernisasi dalam tata kelolanya.
Tentu saja ini mengacu pada amanat reformasi birokrasi, yakni memiliki sistim kerja yang terbuka, memberikan asas kepastian dan melayani dengan akuntabilitas yang tinggi.
"Karena akan menghasilkan kebijakan strategis yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat luas atau publik," ujar Koordinator Koalisi PTS Bima dan Dompu, Ibnu Khaldun.
Ketiga, lanjutnya, di era reformasi saat ini diberlakukan pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah secara langsung.
Dari komposisi politikus yang tampil sebagai pimpinan Dewan, menunjukkan adanya perwakilan dari Pulau Lombok dan Sumbawa.
Seperti masa kepemimpinan eksekutif Gubernur dan Wakil Gubernur Lalu Srinata-Thamrin Rayes, Zainul Mazdi - Badrul Munir, Zainul Mazdi-Muhammad Amin dan terakhir Zul-Rohmi.
Begitu juga pada kepimimpinan legislatif, mulai dari ketua DPRD Lalu Serinata, Sunardi Ayub, Suhaili, Lalu Sujirman dan Baiq Isvi Rufaeda.
"Sedangkan pimpinan dari perwakilan Pulau sumbawa di antaranya Abdul Kappi dan Muhammad Mori Hanafi. Itu jelas," tegas Ibnu.
Keempat, komposisi kepemimpinan historis pada masa awal terbentuk Sunda kecil sampai pada masa orde baru, keterwakilan politik selalu menjadi nuansa kebijakan pembangunan di NTB.
Kelima disebutkan, pergantian Mori Hanafi tidak memperhatikan keterwakilan politik yang sudah menjadi konsensus demokrasi (kesepakatan bersama) sejak bersatunya Pulau Lombok dan Sumbawa.