Selain Rawit, Cabai Merah di Kota Bima Juga Mahal Jelang Ramadhan

Harga cabai merah, jelang Ramadhan di sejumlah pasar tradisional Kota Bima melonjak naik.

Penulis: Atina | Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TribunLombok.com/Atina
Cabai rawit, keriting dan besar yang kini harganya mulai stabil di Pasar Amahami Kota Bima 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Atina

TRIBUNLOMBOK.COM, KOTA BIMA - Harga cabai merah, jelang Ramadhan di sejumlah pasar tradisional Kota Bima melonjak naik.

Kenaikan harga cabai merah, lebih parah dibandingkan cabai rawit yang sekarang menyentuh angka Rp 60 ribu per kilogram.

Wiwin warga Kelurahan Tanjung, Kota Bima, mengaku kesal semakin banyak bahan makanan yang langka dan harganya mahal.

"Semuanya serba langka dan naik. Kemarin minyak goreng, rawit, terus sekarang ini cabai merah," ketusnya.

Baca juga: Pemkab Sumbawa Barat Kucurkan Rp 2 Miliar Beli Gabah Petani Agar Harga Tidak Anjlok

Menurut Ibu Rumah Tangga (IRT) ini, cabai merah sangat penting ketika bulan Ramadhan karena berkaitan dengan bumbu masakan.

"Rencananya mau jualan makanan jadi gitu, tapi kalau serba mahal gini tidak berani saya," jelasnya.

Sementara itu, Dinas Koperindag Kota Bima menyatakan kenaikan harga cabai merah saat ini dipicu karena kurangnya pasokan stok.

Kabupaten Bima dan Lombok Timur sebagai pusat cabai, sejak dua pekan terakhir tidak lagi mendroping dengan jumlah yang banyak.

Baca juga: Harga Jagung Naik, Petani di Bima Sumringah

"Sudah kita turun cek di distributor. Ternyata kenaikan harga cabai merah dari 30 ribu rupiah menjadi 60 ribu rupiah perkilogram, karena stoknya terbatas," jelas Kabid Perindustrian dan perdagangan, Diskoperindag Kota Bima, Rusnah, Rabu (30/3).

Meski naik kata Rusnah, harga terbilang stabil dan masih mampu dijangkau oleh masyarakat.

Meski demikian, ketika harga melambung tinggi, baik sebelum maupun saat Ramadhan maka akan gelar Operasi Pasar (OP) bersama pihak terkait.

"Saat ini kami sedang pelajari pengembangan harga di lapangan. Kalaupun nanti betul-betul melonjak kami akan langsung OP," jelas alumni Unram ini.

Hal lain yang dilakukan, pihaknya sudah koordinasi dengan Dinas Pertanian dan Peternakan serta Dinas Ketahanan Pangan (DKP).

Hanya saja gambaran alternatif yang akan mereka lakukan belum bisa dibeberkan, masih dalam proses kajian.

"Itu yang saya tidak tahu. Intinya nanti ada cara yang akan kami lakukan," pungkasnya.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved