Bulan Ramadhan
Makam Keramat Batu Layar Lombok Barat Ramai Peziarah, Pedagang Sekitar Dapat Berkah
Pada akhir pekan saja, omzet yang didapatkan pada pedagang sekitar Makam Keramat Batu Layar bisa mencapai dua kali lipat
Penulis: Robbyan Abel Ramdhon | Editor: Wahyu Widiyantoro
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Robbyan Abel Ramdhon
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK BARAT - Jelang bulan Ramadan 1443 Hijriyah, Makam Keramat Batu Layar sudah ramai dikunjungi peziarah lokal dari hampir semua kabupaten di Lombok.
Makam yang terletak di Kawasan Wisata Senggigi, Kecamatan Batu Layar, Lombok Barat ini merupakan tempat peristirahatan dua tokoh penyebar Islam di Lombok, Syekh Said Zuhri dan Syekh Ali Al Haddad.
Keduanya melakukan syiar Islam di pulau Lombok bersama sosok yang mereka kawal, yakni Syekh Sayyid Syarif Habib Abdurrahman Al Idrus Al Hadromi.
Baca juga: Jelang Ramadan, Makam Keramat Batu Layar Lombok Barat Ramai Dikunjungi Peziarah
Baca juga: Jelang Ramadhan, Peziarah Ramai Kunjungi Taman Makam Loang Baloq: Cari Berkah hingga Panjatkan Hajat
Selain jelang Ramadan, makam ini juga ramai dikunjungi setiap akhir pekan oleh para peziarah.
H Hatenli, warga lokal yang berjualan di seberang kawasan makam keramat Batu Layar mengaku, mendapat keuntungan dengan ramainya peziarah yang datang.
Pada akhir pekan saja, omzet yang didapatkannya bisa mencapai dua kali lipat.
"Jelang bulan Ramadan ini semakin ramai," ungkapnya, Rabu (30/3/2022).
Ia bersama istrinya berjualan setiap hari mulai jam 7 pagi hingga 10 malam.
Adapun aneka makanan dan minuman yang dijualnya berada di kisaran harga Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribuan.
Seperti teh, kopi, kudapan instan, hingga nasi campur.
"Saya sudah di sini kira-kira sejak tahun '95," kenangnya.
Dari ceritanya, para peziarah yang datang lebih sering membawa makanan dari rumah, dan menyantapnya bersama rombongan di dalam kawasan makan.
Karena itu, dari keterangannya, para peziarah yang berbelanja di warungnya lebih banyak membeli minuman alih-alih makanan atau kudapan.
"Tapi ada sih kita dapat, banyak soalnya yang datang. Enggak cukup orang duduk di atas," tuturnya.
Tidak hanya pada pagi atau sore hari, menurut cerita Hatenli, para peziarah juga kerap datang pada malam hari.
"Nah, mereka juga biasanya pesan kopi di bawah," katanya.

Kerti, seorang peziarah, mengatakan, ziarah makam ibarat mengunjungi dokter.
Menurutnya, meski Lombok memiliki banyak makam yang bisa diziarahi, namun bagi dirinya sendiri, setiap orang mempunyai kecocokannya masing-masing.
"Pernah bawa cucu yang sakit ke dokter, tapi lama sembuhnya, ketika datang ke sini langsung sembuh setelah didoakan," ungkapnya.
Kerti bersama rombongan keluarga dan tetangganya berangkat dari Desa Kuripan sejak jam 10 pagi.
Sesampainya di makam, ia bersama rombongan lantas melakukan doa bersama untuk meminta kesehatan dan keselamatan jelang bulan Ramadan.
"25 orang," katanya, menyebut jumlah rombongannya.
Ia mengaku telah melakoni tradisi ziarah makam sejak dirinya berusia remaja dan menjadi ritus turun-temurun hingga ke anak-cucunya.
(*)