Dokter Tewas Ditembak Densus 88, Keluarga Tak Yakin SU Terlibat Teroris: Suka Beri Pengobatan Gratis

Pihak keluarga menyayangkan sikap Densus 88 Polri yang melakukan penembakan hingga mengakibatkan SU meninggal dunia. Mereka akan melakukan upaya hukum

Editor: Irsan Yamananda
PERSDA NETWORK/BINA HARNANSA
ILUSTRASI Densus 88 

TRIBUNLOMBOK.COM - Densus 88 menembak mati seorang terduga teroris.

Hal itu terjadi saat mereka melakukan penangkapan di daerah Sukoharjo.

Mendiang berprofesi sebagai seorang dokter dan berinisial SU.

Mengenai hal ini, perwakilan keluarga SU angkat bicara.

Mereka akan melakukan upaya hukum.

Keluarga tidak percaya jika SU terlibat dalam jaringan terorisme.

Baca juga: Dokter Terduga Teroris yang Tewas Ditembak Dikenal Tertutup: Tolak Masuk WAG Warga & Tak Bayar Iuran

Baca juga: Total 4 Warga Kota Bima Ditangkap Densus 88, Ditemukan Senpi Rakitan, Peluru, dan Buku

Menurut mereka, SU selama ini dikenal sebagai dokter yang dermawan.

"Proses hukum sudah ada yang mendekati kami, cuma belum kami sampaikan kepada pihak keluarga."

"Dan tidak etis kalau saat ini langsung berbicara hukum," kata perwakilan keluarga, Endro Sudarno, kepada Kompas.com, Kamis (10/3/2022).

Rencana upaya hukum ini diupayakan, lantaran pihak keluarga terduga teroris tidak meyakini jika SU terlibat dalam jaringan terorisme.

Baca juga: Satu Anggota Bandit di Mataram Masih di Bawah Umur, Ketua Komplotan Dipanggil Kadensus

"Sekali lagi pesan dari keluarga, keluarga sedikit pun tidak meyakini kalau SU itu terlibat kasus terorisme," jelasnya.

Selain itu, pihak keluarga juga menyayangkan sikap Densus 88 Polri yang melakukan penembakan yang mengakibatkan SU meninggal dunia.

Diberitakan sebelumnya, penindakan tegas terukur Densus 88 Polri, mengenai di daerah punggung atas dan bagian pinggul kanan bawah terduga teroris tersebut.

"Yang jelas kita menyayangkan sikap penegakan hukum yang kemudian ada sebuah kekerasan apalagi tembak mati."

"Mestinya ada upaya paksa, atau upaya hukum yang sifatnya melumpuhkan.

Bukan mematikan," tegas Endro.

Endro menceritakan sosok terduga teroris merupakan dokter yang dermawan kepada masyarakat yang membutuhkan.

"Dia dokter yang sering ikut kegiatan sosial, bakti sosial, pengobatan gratis, tanggap bencana."

"Dan selama ini warga yang kami ketahui juga dia dokter yang sifatnya sosial," jelasnya.

Pemakaman terduga teroris SU yang tewas, akan dilaksanakan pada pukul 19.00 WIB, Kamis (10/3/2022).

Ilustrasi : Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror.
Ilustrasi : Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

Pantauan Kompas.com, jenazah terduga teroris tiba di Desa Gayam, Kecamatan Sukoharjo, Sukoharjo, Jawa Tengah sekitar pukul 16.43 WIB.

Setelah Jenazah diberangkatkan dari Rumah Sakit Bhayangkara Semarang pukul 15.00 WIB.

Setiba di rumah duka, Jenazah langsung disambut oleh Keluarga dan para takziah seperti dikutip dari kompas.com dengan judul Tewas Ditembak Densus 88, Pihak Keluarga Terduga Teroris Akan Melakukan Upaya Hukum.

4 Warga Kota Bima Ditangkap Densus 88

Di tempat lain, hingga Rabu (9/3/2022), total ada 4 warga Kota Bima yang dikabarkan ditangkap Densus 88.

Dari 4 orang ini, seorang diantaranya berasal dari Kelurahan Penaraga, Kecamatan Rasanae Timur, Kota Bima berinisial Lt, yang ditangkap pada Senin (7/3/2022).

Kemudian 3 orang lainnya berasal dari Kelurahan Penatoi, Kecamatan Mpunda, Kota Bima.

Rinciannya seorang berinisial Sof, berprofesi sebagai tukang las dan ditangkap di rumahnya pada Senin (7/3/2022).

Baca juga: Lagi, 1 Orang Warga Kota Bima Ditangkap Densus 88

Baca juga: Tiga Warga Kota Bima Dikabarkan Ditangkap Densus 88, Ini Kata BNPT

Kemudian, MS berprofesi sebagai penjual tahu tempe ditangkap pada hari yang sama dengan Sof, tapi di sebuah masjid di Kelurahan Tanjung, Kota Bima.

Terakhir, AI juga warga Penatoi yang bekerja sebagai tukang las ini ditangkap pada Rabu (9/3/2022) sekitar pukul 08.00 Wita.

Ketua RT 02 RW 01 Kelurahan Penatoi, Jainuddin kepada TribunLombok.com mengungkap, saat penggeledahan rumah MS ditemukan sepucuk pistol rakitan dengan 4 peluru.

"Kebetulan saya yang turut menyaksikan proses penggeledahan setelah warga saya ditangkap," ungkap Jainuddin saat ditemui di rumahnya.

Selain menggeledah rumah MS, aparat juga menggeledah rumah Sof.

Dari rumah Sof ungkap Jainuddin, aparat menyita sejumlah buku kajian Islam.

"Saya sempat minta izin untuk dokumentasikan, tapi tidak diberikan izin," aku Jainuddin.

Bahkan Ketua RT ini mengaku baru mengetahui ada warganya ditangkap Densus 88 setelah ditelepon Ketua RT lain.

"Kalau pemberitahuan sebelumnya dari aparat tidak ada," ungkapnya.

Terakhir kata Jainuddin, dirinya dimintai keterangan di Polres Bima Kota karena sebagai pihak yang menyaksikan penggeledahan.

"Saya sempat tanya waktu saya di BAP, warga saya di mana sekarang. Aparat polisi hanya menjawab, ada bersama kami. Tapi tidak disebutkan dimana," pungkasnya.

(Kompas/ TribunLombok)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved