Festival Bau Nyale
Begini Seluk-beluk Tradisi Peresean, Adu Ketangkasan yang Wajib Digelar Saat Festival Bau Nyale
Adu ketangkasan ini dilakukan dengan menggunakan rotan sebagai pemukul dan kulit kerbau yang keras dan tebal sebagai tameng
Penulis: Sinto | Editor: Wahyu Widiyantoro
TRIBUNLOMBOK.COM/LALU HELMI
Dua orang pepadu tengan bertarung di arena peresean yang digelar menjelang puncak Bau Nyale 2022 di Kuta Mandalika pada Kamis, (17/2/2022).
Para petarung dianggap kalah jika terdapat darah yang keluar dari area manapun.
Jika terdapat daerah yang menetes maka peresean akan diberhentikan oleh wasit atau pekembar.
Selain itu pula jika pepadu terjatuh penyalinnya sebanyak 3 kali maka ia dinyatakan kalah.
Penyalin terjatuh biasanya karena para pepadu tidak bisa mengendalikan dirinya saat peresean berlangsung akibat kerasnya pukulan dari lawan.
Pepadu yang terjatuh juga dapat menyebabkan pepadu tersebut kalah.
Termasuk pula ketika ia melanggar peraturan dimana tidak boleh memukul bagian badan tertentu saat peresean berlangsung.
Memukul dari arah bawah mulai dari kaki, betis, paha, kemaluan hingga badan keatas tidak diperbolehkan jika memulai memukul dari arah bawah.
(*)