Festival Bau Nyale
Begini Seluk-beluk Tradisi Peresean, Adu Ketangkasan yang Wajib Digelar Saat Festival Bau Nyale
Adu ketangkasan ini dilakukan dengan menggunakan rotan sebagai pemukul dan kulit kerbau yang keras dan tebal sebagai tameng
Penulis: Sinto | Editor: Wahyu Widiyantoro
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Sinto
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - Acara Peresean menjadi acara wajib saat Festival Bau Nyale di Kawasan Pantai Kuta Mandalika, Lombok Tengah.
Peresean sendiri merupakan permainan adu ketangkasan antarpemuda di Lombok.
Adu ketangkasan ini dilakukan dengan menggunakan rotan sebagai pemukul dan kulit kerbau yang keras dan tebal sebagai tameng.
Terdapat berbagai istilah bahasa Sasak dalam acara peresean.
Petarung yang berlaga di arena dikenal dengan istilah Pepadu.
Sementara wasitnya dikenal dengan istilah Pekembar.
Selanjutnya juga ofisial dari masing-masing Pepadu untuk memastikan para petarung selalu dalam keadaan siap dan sehat.
Baca juga: Mengenal Peresean, Seni Adu Ketangkasan ala Pemuda Sasak di Lombok
Baca juga: Polisi Razia Minuman Keras di Pantai Selong Belanak Jelang Festival Bau Nyale, Antisipasi Ricuh
Baca juga: Sebagian Warga Kecewa pada Malam Pertama Tradisi Bau Nyale di Mandalika, Ini Penyebabnya
Sementara itu alat untuk memukul dikenal dengan istilah Penyalin.
Penyalin ini terbuat dari rotan yang memiliki panjang sekitar 1 meter.
Penyalin ini juga dilapisi dengan kain untuk menambah keindahannya.
Terdapat pula alat untuk melindungi diri dari pukulan penyalin ini.
Dalam masyarakat suku Sasak Lombok mereka mengenalnya dengan istilah Ende.
Terbuat dari kulit kerbau dikeringkan sehingga mengeras dan tebal.
Kulit kerbau tersebut kemudian dipasang di kayu berbentuk bujur sangkar.
Ende ini berukuran sekitar 40x40 sentimeter.
Ende ini dibuat gagang sebagai tempat untuk memegang dan bagian depannya biasanya dibuat motif agar terlihat lebih indah.
Acara peresean ini biasanya digelar 3 hari sebelum acara puncak Bau Nyale.
Peresean ini sebelum pandemi Covid-19 biasanya digelar selama 7 hari berturut-turut.

Namun saat pandemi Covid-19 acara peresean saat ini biasanya digelar 3-5 hari.
Untuk tahun ini acara peresean diselenggarakan selama 3 hari mulai dari tanggal 17-19 Februari 2022.
Acara Peresean digelar tepat di Pantai Seneq Mandalika, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah.
Acara dimulai pada pukul 16.00 WITA dan berakhir pada pukul 18.00 WITA.
Cara Bermain Peresean
Para Pepadu dari berbagai kecamatan beradu ketangkasan dan keberanian dalam arena yang berbentuk lingkaran.
Mereka terdiri dari berbagai kecamatan di Lombok Tengah.
Biasanya seluruh seluruh kecamatan yang ada di Lombok Tengah ikut serta memeriahkan acara peresean ini.
Setidaknya terdapat 12 kecamatan yang terdapat di Lombok Tengah yang turut serta.
Diantaranya Batukliang Utara, Batukliang, Janapria, Jonggat, Kopang, Praya Barat, Praya Barat Daya, Praya Tengah, Praya Timur, Praya, Pringgarata, dan Pujut.
Sebelum mulai bertanding, mereka terlebih dahulu harus melepaskan baju yang menempel di badannya.
Mereka wajib menggunakan Sapuq, ikat kepala khas suku Sasak Lombok.
Mereka juga harus memakai ikat pinggang dengan menggunakan kain tenun yang dibuat khusus Suku Sasak Lombok.
Dalam masyarakat Suku Sasak Lombok ikat pinggang tersebut dikenal dengan istilah Bebat.
Selain itu mereka juga harus memakai sarung dari kain tenun.
Masyarakat suku Sasak Lombok mengenalnya dengan istilah Selewoq.

Dalam bertarung mereka tidak diperbolehkan memakai alas kaki.
Saat bertanding mereka akan dipandu terlebih dahulu Pekembar terkait apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Mereka harus taat pada aturan wasit agar tidak dikualifikasi.
Mereka diperbolehkan memukul area perut hingga kepala.
Sementara area kemaluan hingga kaki tidak diperbolehkan untuk dipukul.
Bekas pukulan Penyalin akan sangat terlihat dengan jelas saat Penyalin mengenai badan.
Biasanya akan bergaris dengan warna merah akibat bekas pukulan.
Dalam pertandingan peresean biasanya selalu ada pepadu yang bocor akibat kerasnya pukulan rotan.
Apalagi jika pukulan mengenai kepala.
Tim medis yang sudah bersiaga biasanya langsung sigap untuk menangani para pepadu yang cedera.
Mereka akan diberi obat penahan nyeri dan juga obat yang membuat lukanya tersebut cepat sembuh.
Para petarung dianggap kalah jika terdapat darah yang keluar dari area manapun.
Jika terdapat daerah yang menetes maka peresean akan diberhentikan oleh wasit atau pekembar.
Selain itu pula jika pepadu terjatuh penyalinnya sebanyak 3 kali maka ia dinyatakan kalah.
Penyalin terjatuh biasanya karena para pepadu tidak bisa mengendalikan dirinya saat peresean berlangsung akibat kerasnya pukulan dari lawan.
Pepadu yang terjatuh juga dapat menyebabkan pepadu tersebut kalah.
Termasuk pula ketika ia melanggar peraturan dimana tidak boleh memukul bagian badan tertentu saat peresean berlangsung.
Memukul dari arah bawah mulai dari kaki, betis, paha, kemaluan hingga badan keatas tidak diperbolehkan jika memulai memukul dari arah bawah.
(*)