Sejarah Tambora
Adnawijaya, Chatib, Rukman dan Hamim, 4 Orang Pertama Indonesia Injak Dasar Kaldera Gunung Tambora
Letusan Tambora dianggap paling spektakuler di muka bumi, sesudah letusan katastrofik purba Gunung Toba di Sumatera Utara.
Penulis: krisnasumarga | Editor: krisnasumarga
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM – Letusan paroksimal Gunung Api Tambora di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, sudah dikenal luas.
Kisahnya mendunia lewat karya tulis para geolog, vulkanolog, antropolog dan ahli sejarah barat maupun nasional.
Gubernur Jenderal Stamford Raffles juga menyinggung peristiwa itu dalam buku legendarisnya “The History of Java”. Tambora meletus ketika Inggris mengambilalih kekuasaan Belanda di Nusantara.
Letusan Tambora dianggap paling spektakuler di muka bumi, sesudah letusan katastrofik purba Gunung Toba di Sumatera Utara.
Erupsi Tambora mencapai level 7, atau Volcanic Explosivity Index (VEI) 7. Ini hanya satu strip dari indeks maksimum letusan gunung berapi di permukaan jagat ini.
Gunung yang diperkirakan tadinya berketinggian 4.300 mdpl, terpangkas menyisakan tubuh gunung hingga tepian kalderanya kini 2.772 mdpl.
Baca juga: Gulungan Api Raksasa Tambora Menyapu Segala Penjuru Gunung
Baca juga: Tanda-tanda Letusan Gunung Tambora Muncul Tiga Tahun Sebelum April 1815
Baca juga: Heinrich Zollinger, Orang Pertama yang Mendaki Tambora Sesudah Meletus Hebat
Baca juga: Kerajaan Tambora Lenyap Ditelan Lautan Abu dan Pasir Letusan Gunung
Puluhan ribu orang tewas di Sumbawa dan daerah-darah lain termasuk Bali. Tiga kerajaan kuno di kaki gunung itu, Tambora, Pekat dan Sanggar, lenyap tak berjejak.
Gelegar ledakan ketika gunung meletus terdengar hingga Bengkulu, Bangka, Kalimantan dan Sulawesi. Pulau Jawa tersiram abu vulkanik tebal.
Bubungan debu vulkanik menjangkau atmosfer dan terbang hingga ke benua Eropa, menjadikan cuaca berubah sangat ekstrem dan masa itu dijuluki tahun tanpa cahaya matahari.

Sebanyak 150 kilometer persegi material dimuntahkan dari Tambora. Hampir sebagian besar puncaknya lenyap, menyisakan kaldera maha luas yang tampak hingga hari ini.
Pengetahuan tentang peristiwa itu selama berpuluh-puluh tahun sejak terjadinya letusan spektakuler 11 April 1815, banyak disandarkan pada laporan dan tulisan orang-orang Eropa.
Sejumlah orang Belanda dan pakar gunung api dunia telah menjejaki tepian kaldera raksasa Tambora sesudah 1815.
Tapi tahukah Anda, siapa orang yang pertama kali menginjakkan kaki di dasar kaldera Tambora sesudah meletus hebat?
Sebuah buku kusam bersampul hijau, yang diketik mesin manual, menggunakan ejaan lama, menguak fakta menarik tentang sisi lain sejarah Tambora.
Buku itu berjudul “Laporan Kawah G Tambora (Djazirah Utara P Sumbawa)”. Diterbitkan Bagian Urusan Gunung Api Djawatan Pertambangan. Republik Indonesia masih sangat belia umurnya ketika itu.