Menyinari Buah Naga di Desa Murbaya: Solusi PLN Pulihkan Ekonomi di Masa Pandemi Covid-19
PLN melalui program MCB On Game (Goes to Agriculture Market) menyalakan kembali asa para petani.
Penulis: Sirtupillaili | Editor: Maria Sorenada Garudea Prabawati
Selama ini, mereka bercocok tanam secara konvensional, tanpa penyinaran lampu.
Dari semua petani di Desa Murbaya, hanya Kadri yang tertarik mencoba.
Dia pun bersedia menjadikan kebunnya sebagai proyek percontohan MCB On Game, PLN NTB.
”Saya mau mencoba bagaimana perbedaan pakai lampu listrik PLN dengan tidak. Ternyata setelah pakai lampu, pohon naga saya bunganya terus tumbuh, tidak rusak dan hasil kami meningkat,” tuturnya.
Kondisi itu sangat berbeda bila dibandingkan sebelumnya. ”Alhamdulillah hasilnya ada peningkatan,” katanya.
Dari segi kualitas buah, hasilnya cukup bagus. Ukuran buah menjadi lebih besar. Satu buah naga bisa mencapai 1 kiligram lebih. Sebelumnya tidak pernah seperti itu. ”Rasanya juga lebih manis kata orang yang beli,” tutur Kadri.
Dalam sebulan petani buah naga bisa panen dua kali. Sebelum pakai lampu hasil panennya sedikit. ”Kalau sekarang ini dia ada penambahan bunga,” katanya.
Dari pengalamannya, Kadri menyadari, dengan penyinaran hasil lebih bagus.
Baca juga: PLN NTB Manfaatkan Sekam dan Serbuk Kayu Jadi Sumber Energi Terbarukan
Sebab di malam hari, ketika kondisi dingin, pohon naga tetap dihangatkan sinar lampu. Sehingga serangga tidak berkumpul di pohon, tapi naik ke lampu.
”Hamanya juga tidak berani,” katanya.
Untuk menghidupkan 40 lampu, Kadri menghabiskan Rp 250 ribu biaya token listrik sebulan.
Tapi dengan penghasilan Rp 2 juta lebih sebulan, dia merasa sangat diuntungkan.
Syafii, petani buah naga lainnya di Desa Murbaya juga merasakan hal sama. Setelah menggunakna metode penyinaran produksi buah naga lebih banyak.
”Dulu buahnya kecil-kecil, setelah saya pakai lampu buahnya lebih besar dan bunganya jarang rusak,” katanya.
Dia yakin penyinaran malam hari membuat buahnya menjadi segar dan sehat.