Ritual Ngasuh Gunung, Cara Warga Lombok Menjaga Kesucian Alam Rinjani
Tanpa alas kaki dan parang terselip di pinggang, mereka memulai ritual ngasuh gunung di Desa Senaru, menjaga kelestarian alam kawasan Gunung Rinjani
Penulis: Sirtupillaili | Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Ritual ngasuh gunung tidak ditentukan kapan akan dilaksanakan. Karena tergantung kejadian bencana yang melanda masyarakat.
Acara dilaksanakan melalui kesepakatan dalam musyawarah adat (gundem).
Setiap ritual ngasuh gunung, masing-masing keluarga akan menyumbang sejumlah uang, beras, dan kelapa untuk acara tersebut.
Besaran uang disepakati dalam musyawarah adat.
Baca juga: Laskar Sasak Motori Acara Adat ‘Nyentulak’, Doa Bersama Tolak Bala dan NTB Bebas Covid-19
Uang tersebut untuk membeli kerbau yang menjadi syarat utama digelarnya ritual.
Rinjani Sumber Kehidupan

H Lalu Sofyan, ketua harian DPP Laskar Sasak sekaligus panitia penyelenggara acara Asuh Gunung Rinjani di Desa Senaru mengatakan, Gunung Rinjani sangat penting bagi masyarakat Lombok.
”Kami sadar, Rinjani ini ibarat radiator atau pendingin pulau ini (Lombok),” katanya.
Rinjani merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat Lombok.
Baca juga: Lombok Mercusuar akan Jadi Gerakan Nasional, Perkuat Nasionalisme Berbasis Adat dan Budaya
Karena banyak menyimpan sumber mata air yang dibutuhkan untuk keberlangsungan hidup penduduk.
Kelestarian alam Rinjani sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat Lombok.
Terlebih di atas Gunung Rinjani ada Danau Segara Anak.
Danau itu menjadi simbol Rinjani sebagai sumber mata air penting di pulau Lombok.
”Leluhur kami memperlakukan gunung ini seperti manusia, bisa diajak berdialog dan berbicara,” katanya.
Masyarakat adat di sekitar Gunung Rinjani merupakan penjaga utama kelestarian alam Rinjani.
Hal itu tercermin dalam struktur masyarakat adat di kawasan Rinjani.
Mulai dari Amaq Lokak, pembekel, pande, walin gumi, toaq turun, dan masyarakat adat.
Seperti Amaq Lokak, dia menjadi pengasuh atau tetua kampung.

Betugas secara khusus menjaga keseimbangan alam Gunung Rinjani di wilayahnya.
"Merekalah yang dengan setia menjaga," katanya.
Misalnya Amaq Lokak Senaru, bertugas menjaga alam di wilayah pelawangan Senaru.
Mereka murni melakukan tugas tanpa melakukan hal lain. Tugasnya hanya untuk menjaga alam.
Bahkan mereka tidak akan keluar dari wilayahnya selama mengemban tugas sebagai Amaq Lokak.
”Selama mereka bertugas, misalnya 10 tahun, dia tidak akan ke mana-mana,” katanya.
Keberadaan masyarakat adat, kata Sofyan, sangat penting untuk menjaga hutan sehingga tetap lestari.
Sehingga kelompok masyarakat ini harus mendapat perhatian lebih dari pemerintah.
(*)