Ritual Ngasuh Gunung, Cara Warga Lombok Menjaga Kesucian Alam Rinjani
Tanpa alas kaki dan parang terselip di pinggang, mereka memulai ritual ngasuh gunung di Desa Senaru, menjaga kelestarian alam kawasan Gunung Rinjani
Penulis: Sirtupillaili | Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Saat akan disembelih diucapkan basmalah, serta pisau digunakan tajam dan selalu bersih.
Ritual tersebut merupakan wujud nyata perpaduan tradisi masyarakat lokal dengan pengaruh ajaran Islam.
Pembekel Adat Karang Bajo Nikrana alias Amaq Bajang menjelaskan, ritual ‘ngasuh gunung’ merupakan acara adat masyarakat Lombok, khususnya yang tinggal di kaki Gunung Rinjani.
Salah satunya di desa adat Senaru, Kecamatan Bayan.
Tujuan ritual yakni untuk mensucikan gunung, terutama bila ada kejadian di Gunung Rinjani.
Baik kejadian karena bencana alam maupun kecelakaan pendaki yang merengut korban jiwa.
Baca juga: Kuota Pendakian Gunung Rinjani Ditambah hingga 50 Persen
”Jadi setelah itu disucikan melalui ritual ngasuh gunung,” katanya.
Bentuk Kasih Sayang

Ngasuh gunung, kata Nikrana, berasal dari kata ‘Ngasuh’ atau ‘Asuh’ yang bermakna mengasihi.
Sehingga ritual itu merupakan bentuk kasih sayang kepada alam ciptaan Allah SWT berupa Gunung Rinjani.
”Kenapa harus dikasihi? Karena hutan dan gunung itu merupakan sumber mata air yang menjadi kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya,” jelasnya.
Sehingga masyarakat selalu berusaha menjaga kelestarian alam. Serta kesimbangan ekosistem yang ada di dalamnya.
Cara masyarakat Lombok melestarikan alam, tidak hanya turun langsung menjaga hutan secara fisik.
Tetapi juga dengan acara-acara adat yang sakral, seperti ritual ngasuh gunung.
Salah satu syarat ritual yakni adanya kerbau sebagi hewan kurban.