Jejak Syekh Ali Jaber di Lombok, Bermula saat Jadi Imam Salat Magrib di Masjid Al Muttaqin
Bukan hanya karena faktor keluarga dan istri dari Lombok, tapi di pulau inilah Syekh Ali Jaber memulai misi dakwahnya sebelum menjadi dai kondang
Penulis: Sirtupillaili | Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Dekat Lokasi Prostitusi
Baca juga: TGB Mengenang Syekh Ali Jaber, Banyak Sebarkan Mushaf Alquran Termasuk Bagi Kaum Tunanetra
Di sisi lain, masjid ini juga berdekatan dengan lokasi prostitusi yang dikenal warga lokal dengan sebutan ‘pasar beras’.
Lokasi prostitusi ini sudah jadi rahasia umum, bagi sebagian orang tempat ini disebut-sebut sebagi Dolly-nya Lombok.
Untuk mengubah citra tempat ini, Pemkot Mataram mengubah namanya menjadi Pasar Panglima, Cakranegara.

Syarif Hidayatullah (40), salah satu pengurus masjid, sahabat, sekaligus murid Syekh Ali Jaber yang ditemui TribunLombok.com membenarkan, menjadi Al Muttaqin merupakan masjid pertama tempat Syekh Ali Jaber berdakwah.
”Di masjid inilah beliau memulai dakwahnya, mengajarkan kami membaca Al Quran yang benar,” tutur Syarif, di ruang pengurus masjid Al Muttaqin, Senin (18/1/2021).
Baca juga: Kunjungi Rumah Syekh Ali Jaber, Gubernur NTB: Kita kehilangan Ulama Besar yang Rendah Hati
Syarif menjelaskan, tidak ada tujuan tertentu Syekh Ali Jaber memulai dakwahnya di Cakranegara.
Juga tidak ada kaitannya dengan kebaradaan lokasi prostitusi ‘pasar beras’ di sana. Bahkan Syekh Ali Jaber mungkin tidak banyak tahu terkait hal itu.
Dia memulai dakwah di tempat itu murni karena masjid tersebut dekat dengan rumah keluarga. Warga pun menerimanya dengan baik.
”Kami di sini hidup rukun dan toleransi dijunjung tinggi,” katanya.
Bermula saat Jadi Imam Salat Magrib
Syarif menuturkan, perjumpaan dirinya dengan Syekh Ali Jaber pada akhir tahun 2001.
Kala itu, Syekh Ali Jaber hanya datang salat magrib berjamaah ke masjid.
Kebetulan ada keluarga istrinya Umi Nadia tinggal di sekitar masjid tersebut.

Dia datang dengan pakaian khas Arabnya.