Opini
Renungan Jumat Berkah: Tegakkan Kepala, Rendahkan Hati
Menegakkan kepala berarti menegakkan prinsip, menolak tunduk pada kebatilan, menolak dijatuhkan oleh hinaan dunia
Dr. A k a atau Ahsanul Khalik
Ada kalimat yang menyejukkan hati, menenangkan jiwa:
“Tegakkan kepalamu ketika kau berjalan di jalan kebenaran, bukan untuk meninggi di hadapan manusia, tetapi agar cahaya keyakinanmu tak redup di hadapan dunia. Namun ketika engkau menghadap Tuhanmu, tundukkanlah kepala itu serendah bumi, sebab di sanalah semua keangkuhan luluh menjadi doa.”
Inilah keseimbangan yang diajarkan oleh Islam:
antara izzah (kemuliaan diri) dan tawadhu’ (kerendahan hati).
Manusia diperintahkan untuk berjalan di muka bumi dengan tegap tapi bukan angkuh, tapi percaya diri karena membawa kebenaran. Namun di hadapan Allah, kepala yang tegak harus kembali tunduk, karena segala kehebatan hanyalah pinjaman.
Baca juga: Naskah Khutbah Pekan Ini Jumat 14 November 2025: 4 Golongan dengan Akhlak Mulia Menuju Surga
Tegakkan Kepala di Jalan Kebenaran
Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang mukmin.” (QS. Ali Imran: 139)
Ayat ini bukan seruan kesombongan, melainkan panggilan untuk menegakkan harga diri seorang mukmin.
Menegakkan kepala berarti menegakkan prinsip, menolak tunduk pada kebatilan, menolak dijatuhkan oleh hinaan dunia.
Islam tidak memerintahkan umatnya menjadi penakut dan pesimis, tetapi kuat dalam iman, yakin dalam langkah, dan teguh dalam kebenaran.
Imam Al-Ghazali berkata:
“La takhsha min al-khalqi fa innahum la yamlikuna laka dharran wa la naf’an, wa khshi al-Khaliq fa innahu yumit wa yuhyi” (Jangan takut kepada makhluk karena mereka tidak mampu memberi mudarat atau manfaat, tapi takutlah kepada Sang Pencipta karena Dialah Yang Maha Menghidupkan dan Mematikan).”
Maka ketika engkau berjalan di jalan yang benar, jangan biarkan cacian menundukkan langkahmu.
Kepalamu tegak bukan karena sombong, tapi karena tahu siapa yang kau bela: kebenaran dan keadilan yang berasal dari Allah.
Rendahkan Hati di Hadapan Allah
Namun, jangan lupa: kepala yang tegak di hadapan dunia, harus tunduk serendah bumi di hadapan Allah.
Sebab di situlah segala keangkuhan luluh menjadi do'a, dan setiap kesombongan kembali menjadi air mata.
Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa merendahkan diri karena Allah, maka Allah akan meninggikannya, dan barang siapa meninggikan diri karena sombong, maka Allah akan merendahkannya.” (HR. Muslim)
Tawadhu' bukan tanda lemah, tetapi kekuatan sejati seorang mukmin.
Orang yang hatinya rendah, tidak akan mudah tersinggung, tidak iri pada keberhasilan orang lain, dan tidak sakit hati saat tak dihargai manusia.
Kerendahan hati membuat seseorang tenang dalam nikmat, sabar dalam ujian, dan damai dalam pergaulan.
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah menulis dalam Madarij as-Salikin:
“Tawadhu’ bukan berarti melihat diri hina, tapi melihat diri sebagai hamba. Karena kemuliaan sejati bukan pada tinggi atau rendahnya manusia, tetapi pada dekat atau jauhnya ia dari Allah.”
Bersihkan Hati dari Hasad dan Iri
| Dana Reses DPR Antara Aspirasi dan Keuntungan Pribadi |
|
|---|
| Dari Dana Mbojo ke Karet Bivak: Jejak Kesetiaan Sultan Muhammad Salahuddin pada Republik Indonesia |
|
|---|
| Gus Dur dan Kepahlawanan Kemanusiaan di Tengah Keberagaman |
|
|---|
| Sultan Muhammad Salahuddin Bima XIV: Cahaya dari Dana Mbojo |
|
|---|
| Taman Budaya NTB yang Malang dan Terbelakang |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/lombok/foto/bank/originals/ilustrasi-muslim-membaca-alquran.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.