Kuliner Lombok

Gule Gending Jajanan Lombok yang Dijual dengan Melodi Khas, Kini Keberadaannya Mulai Langka

Gule Gending, yang namanya berasal dari gabungan kata gule (gula) dan gending (menabuh gendang), memiliki daya tarik yang khas

Editor: Laelatunniam
TRIBUNLOMBOK.COM/ ROBBY FIRMANSYAH
PENJUAL GULA GENDING - Irfan Jayadi saat memainkan kaleng gula-gending di area UMKM Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika, Sabtu (4/10/2025). Gule Gending, yang namanya berasal dari gabungan kata gule (gula) dan gending (menabuh gendang), memiliki daya tarik yang khas dan unik dalam cara penjualannya. 

TRIBUNLOMBOK.COM - Di tengah keriuhan aktivitas di Lombok, sesekali terdengar alunan ritmis yang unik di sudut-sudut keramaian Lombok.

Bunyi ini bukan berasal dari instrumen musik yang utuh, melainkan dari wadah kaleng yang dipukul, menjadi penanda kehadiran seorang penjaja Gule Gending.

Jajanan manis tradisional yang akrab disebut "rambut nenek" ini telah menjadi bagian dari memori kolektif warga Lombok, terutama mereka yang tumbuh di tahun 1990-an.

Gule Gending, yang namanya berasal dari gabungan kata gule (gula) dan gending (menabuh gendang), memiliki daya tarik yang khas dan unik dalam cara penjualannya.

Penjaja kuliner ini memanfaatkan wadah penyimpanan gula yang terbuat dari kaleng sebagai alat musik sederhana.

Mereka menabuhnya hingga menghasilkan irama nyaring, yang dulunya efektif memikat perhatian anak-anak untuk mendekat dan membeli.

Irama khas inilah yang menjadi identitas pembeda utama Gule Gending dari jenis gulali lainnya.

Namun, pesona Gule Gending kini menghadapi ujian waktu. Jajanan khas Lombok ini semakin sulit dijumpai, terancam meredup di hadapan gempuran kuliner modern.

Keberadaannya kini bisa dihitung jari, seolah tenggelam oleh perkembangan zaman yang mengubah selera dan cara berdagang.

Kini gule gending menawarkan warisan rasa dan irama yang kini menjadi barang langka.

Para penggemar kuliner tradisional pun mengakui bahwa penjual Gule Gending yang masih menjajakan dagangan dengan ciri khas menabuh gendang kaleng kini amat jarang ditemui.

Proses pembuatan gulali saat ini banyak yang beralih menggunakan mesin, menghilangkan unsur seni dan tradisi yang melekat pada Gule Gending asli.

Disajikan dalam wadah seng setengah lingkaran dan memiliki varian warna yang menarik, Gule Gending sejatinya adalah perpaduan antara cita rasa manis warisan leluhur dan kesenian jalanan.

Jajanan ini tidak hanya menjual gula, tetapi juga sebuah melodi nostalgia dan semangat untuk mempertahankan kearifan lokal yang mulai ditinggalkan.

Saat ini gule gending dijajakan mulai  Rp 2 ribu per porsi.

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved