Opini

Amal sebagai Jalan, Rahmat Allah sebagai Tujuan

Surga terlalu agung, terlalu mahal untuk ditukar dengan amal yang sering penuh kekurangan. Yang mengantarkan kita hanyalah Rahmat Allah

pixabay.com
Ilustrasi Doa dan Sholawat. Surga terlalu agung, terlalu mahal untuk ditukar dengan amal yang sering penuh kekurangan. Yang mengantarkan kita hanyalah Rahmat Allah. 

Oleh: Dr. Ahsanul Khalik

Di zaman serba cepat ini, manusia sering terjebak dalam ukuran-ukuran duniawi, nilai rapor, angka kredit, gaji, pencapaian, hingga status sosial. Bahkan dalam agama, tak jarang amal pun dihitung dengan “kalkulasi angka”: berapa rakaat shalat, berapa juz tilawah, berapa banyak sedekah. Seolah-olah surga bisa “dibeli” dengan daftar panjang amal-amal yang dikerjakan. Sebagian lain merendahkan diri, sadar bahwa betapapun banyak amalnya, tanpa rahmat Allah semua hanyalah debu.

Rasulullah SAW, mengingatkan dalam sebuah Hadits :

“Tidak seorang pun di antara kalian akan masuk surga karena amalnya.”
Para sahabat bertanya: “Engkau juga, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab: “Aku juga tidak, kecuali Allah melimpahkan Rahmat-Nya kepadaku.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Baca juga: Doa-doa Mustajab untuk Memohon Kemudahan dari Allah SWT

Hadis ini mengejutkan, tetapi juga menenangkan. Ia menegaskan bahwa amal bukanlah “harga” surga. Surga terlalu agung, terlalu mahal untuk ditukar dengan amal yang sering penuh kekurangan. Yang mengantarkan kita hanyalah Rahmat Allah.

Apakah berarti amal sholeh tak berguna? Tidak. Amal adalah jalan, bukan harga. Ia adalah bukti kesungguhan cinta dan ketaatan. Amal ibarat benih yang kita tanam di ladang kehidupan. Namun benih itu tak akan tumbuh tanpa hujan Rahmat Allah.

Dalam Al-Qur’an Surat An-Nur, ditegaskan :

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barangsiapa mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya dia (setan) menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar. Kalau bukan karena karunia Allah dan Rahmat-Nya kepadamu, niscaya tidak seorang pun di antara kamu bersih (dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”
(QS. An-Nur: 21)

Maka kita beramal bukan untuk “menagih surga”, melainkan untuk mengetuk pintu Rahmat Allah.

Sejarah Nabi dan kisah para sahabat sarat dengan contoh, bahwa rahmat Allah melampaui dosa manusia.

1.  Pemuda pembunuh 100 orang.
Ia dikenal sebagai penjahat berdarah dingin. Namun ketika bertaubat sungguh-sungguh, meninggalkan kampung lamanya untuk menuju negeri orang sholeh, Allah menerimanya. Ia meninggal di tengah perjalanan, dan malaikat rahmat membawanya ke surga. Yang menyelamatkan bukan amal panjangnya, melainkan Rahmat Allah yang melihat ketulusan taubatnya.

2.  Wanita pezina yang memberi minum anjing.
Rasulullah SAW  bersabda : “Seorang wanita pezina diampuni dosanya karena memberi minum seekor anjing yang kehausan. Lalu Allah mengampuni dosa-dosanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Satu amal kecil yang tulus, dianggap remeh manusia, justru menjadi sebab turunnya Rahmat Allah.

3.  Lelaki yang takut azab Allah.
Dalam sebuah riwayat, ada seorang lelaki yang tak memiliki amal besar. Ia hanya takut kepada Allah. Ia berpesan agar jasadnya dibakar lalu abunya ditebarkan ke laut karena khawatir disiksa. Allah mengampuninya karena ketulusan rasa takutnya.

Semua kisah ini mengajarkan, bahwa Rahmat Allah lah yang mengangkat, bukan semata banyaknya amal.

Para ulama menegaskan hal ini dengan bahasa indah dan mendalam.

Halaman
12
Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Hexa Helix Dalam Tahapan Pemilu

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved