Di Forum Internasional, Robbyan Abel Ramdhon Soroti Generasi yang Malu Berbahasa Daerah
Robbyan Abel Ramdhon menekankan bahwa kekuatan kebudayaan lokal dan narasi otentik daerah adalah modal identitas yang tak ternilai,
Ringkasan Berita:
- Robbyan Abel Ramdhon, Emerging Writer di Ubud Writers & Readers Festival (UWRF), menekankan bahwa kekuatan kebudayaan lokal dan narasi otentik daerah adalah modal identitas yang tak ternilai.
- Ia menyoroti pentingnya melestarikan bahasa daerah, menyatakan bahwa NTB "belum menganggap ini penting" dan perlu memperkuat gerakan pelestarian budaya dan bahasa lokal.
TRIBUNLOMBOK.COM - Setelah terpilih sebagai Emerging Writers dalam festival sastra internasional Ubud Writers & Readers Festival 2025, Robbyan Abel Ramdhon membawa sejumlah cerita selama menjalani festival.
Dalam festival terbesar di Asia Tenggara itu, ia turut mengisi berbagai program yang melibatkan publik nasional hingga internasional.
Memanfaatkan kesempatan untuk tampil, Abel menceritakan berbagai hal mengenai isu-isu nasional hingga lokal, terutama yang terjadi di Nusa Tenggara Barat.
Menurut Abel, untuk membangun sebuah daerah, masyarakatnya tak boleh lepas dengan kekuatan kebudayaan.
Baginya, narasi-narasi lokal adalah modal otentik yang tak mungkin bisa ditiru daerah lain maupun negara sebagai sebuah identitas.
“Kita tidak perlu menjadi ‘Barat’ untuk terlihat pintar, kita juga tak perlu menjadi ‘Cina’ agar terlihat kaya. Kita bisa berdiri sebagai apa yang melahirkan serta membesarkan kita. Yaitu kebudahaan ibu kita sendiri,” kata Abel, di Ubud, 29 Oktober - 2 November 2025.
Ia juga menambahkan, kesempatan itu tentu tidak lepas dari berbagai tantangan di daerah.
Menurutnya, daerah seperti NTB perlu memiliki sikap kolektif yang solid saat menghadapi berbagai nilai baru di tengah globalisasi.
"Mempelajari budaya luar adalah bagus, tapi kita tidak perlu mengubah diri kita jadi orang asing. Dunia justru melihat kita bernilai karena kita berbeda dengan mereka, bukan karena sama atau memaksa memirip-miripkan diri.”
Laki-laki kelahiran Mataram itu menyoroti pentingnya melestarikan bahasa daerah sebagai simbol kekuatan kebudayaan lokal.
“Kuasai bahasa asing, lestarikan bahasa lokal. Menurut saya, NTB masih belum menganggap ini penting. Kita seperti tidak khawatir kehilangan identitas. Kita tidak cemas saat melihat generasi baru malu berbahasa lokal, bahkan tidak bisa,” katanya.
Sejauh ini, sambungnya, isu kebudayaan dan bahasa masih berkutat dalam diskursus-diskursus komunitas kreatif di NTB, terutama komunitas sastra serta literasi.
“Komunitas-komunitas sastra dan literasi di NTB sudah sejak lama melaksanakan gerakan moril pelestarian budaya serta literasi, tapi tentu saja semuanya masih terbatas dan belum cukup. Gerakan itu harus diperkuat dengan kolaborasi bersama pemerintah yang memiliki lebih banyak instrumen politik. Dengan kolaborasi itu jangkauan gerakannya bisa semakin luas dan dalam,” tandasnya.
| Lombok Barat Raih Penghargaan dalam Melestarikan Bahasa Daerah |
|
|---|
| Wabup Lombok Tengah HM Nursiah Terima Penghargaan Nasional atas Komitmen Lestarikan Bahasa Daerah |
|
|---|
| Penulis Asal Mataram Robbyan Abel Terbitkan Buku Fiksi 'Tuhan Bersembunyi Seperti Kancing Cadangan' |
|
|---|
| Penulis Muda Asal Mataram Robbyan Abel Ramdhon Terpilih sebagai Emerging Writer UWRF 2025 |
|
|---|
| Sederet Inovasi Kantor Bahasa NTB Revitalisasi Bahasa Daerah |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/lombok/foto/bank/originals/Robbyan-Abel-Ramdhon-penulis-asal-Lombok.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.