PTAM Giri Menang

Dewan Kota Mataram Sebut Tarif PTAM Giri Menang Tidak Mengalami Kenaikan

Sewan meminta klarifikasi langsung terkait berbagai keluhan masyarakat atas lonjakan tagihan dan masalah distribusi air di sejumlah wilayah.

Penulis: Robby Firmansyah | Editor: Idham Khalid
Dok. Istimewa
RAPAT KOORDINASI - Direktur PTAM Giri Menang, H Sudirman saat mengikuti rapat bersama anggota komisi II DPRD Kota Mataram, Senin (20/10/2025).  

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Robby Firmansyah

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Permasalahan lonjakan tagihan air PDAM menjadi sorotan serius DPRD Kota Mataram. 

Anggota Komisi II DPRD Kota Mataram H Muhtar, menjelaskan bahwa keluhan masyarakat terhadap membengkaknya tagihan air bukan disebabkan oleh kenaikan tarif sepihak, melainkan faktor teknis dalam pembacaan meter serta kemungkinan adanya kelalaian pelanggan.

Penjelasan tersebut disampaikan usai pertemuan antara Komisi II DPRD Kota Mataram dan Direksi PT Air Minum Giri Menang pada Senin (20/10/2025). 

Dalam pertemuan itu, dewan meminta klarifikasi langsung terkait berbagai keluhan masyarakat atas lonjakan tagihan dan masalah distribusi air di sejumlah wilayah.

“Tidak ada kenaikan tarif sepihak yang dilakukan PDAM. Kalau ada rencana kenaikan, itu harus melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan disetujui oleh Pemerintah Kota Mataram dan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat sebagai pemegang saham serta dalam batasan tarif yang telah ditentukan oleh Pemerintah Provinsi,” tegas H. Muhtar.

Menurutnya, lonjakan tagihan air lebih banyak disebabkan pembacaan meter oleh petugas yang periodenya tidak selalu tepat 1 bulan. Idealnya, pembacaan meter dilakukan di awal bulan, tetapi pada praktiknya terkadang mundur satu hingga dua minggu karena kondisi lapangan. 

Akibatnya, pemakaian air dihitung selama 1,5 bulan, bukan satu bulan seperti biasanya. Hal ini membuat tagihan tampak melonjak signifikan.

Baca juga: Direktur PDAM Lombok Tengah Bambang Supratomo Kembali Raih BUMD Award 2025

Selain itu, kemungkinan kelalaian pelanggan juga menjadi penyebab lain. Banyak pelanggan yang tidak menggunakan tandon atau bak penampungan air, sehingga lupa menutup keran dan air terus mengalir. 

“Kalau pelanggan tidak pakai tandon, saat air mengalir terus, maka pemakaian otomatis naik. Ini juga yang sering menjadi penyebab tagihan membengkak,” tambahnya.

Selain masalah tagihan, DPRD juga menyoroti keluhan masyarakat mengenai aliran air yang kecil atau bahkan tidak mengalir di beberapa kawasan Kota Mataram. Hal ini terjadi terutama di wilayah yang berada di ujung jaringan distribusi.

Menanggapi hal tersebut, PT Air Minum Giri Menang tengah menyiapkan pembangunan reservoir penyeimbang atau tempat penampungan air di sejumlah titik strategis. 

Langkah ini diharapkan mampu menambah tekanan air di wilayah kritis sehingga aliran menjadi lebih stabil, terutama pada jam-jam puncak penggunaan air.

Namun, rencana pembangunan ini bukan tanpa kendala. Biaya pembangunan satu reservoir penyeimbang diperkirakan mencapai Rp 5 miliar. Jika ingin membangun enam reservoir di Kota Mataram, total anggaran yang dibutuhkan sekitar Rp 30 miliar. 

Dana tersebut tentu harus melalui proses persetujuan pemegang saham dan penyesuaian anggaran perusahaan.

Sumber: Tribun Lombok
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved