Keracunan MBG di Sumbawa

5 Fakta Ratusan Siswa di Sumbawa Keracunan MBG: Korban Dirawat di Puskesmas, Dapur Ditutup Sementara

Berikut ini sejumlah fakta kasus keracunan MBG di Kecamatan Empang, Sumbawa dari kronologi kejadian hingga tindak lanjut pemerintah

Penulis: Rozi Anwar | Editor: Wahyu Widiyantoro
Dok. Istimewa
KERACUNAN MBG - Tampak sejumlah siswa di Kecamatan Empang, Sumbawa berbaring lemas kesakitan diduga keracunan usai konsumsi Makan Bergizi Gratis (MBG), Rabu (17/09/2025). Berikut ini sejumlah fakta kasus keracunan MBG di Kecamatan Empang, Sumbawa dari kronologi kejadian hingga tindak lanjut pemerintah. 

Kepala Bappeda Sumbawa, Deddy Heriwibowo mengungkapkan, hasil pemeriksaan awal oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) menunjukkan adanya indikasi keberadaan bakteri Escherichia coli (E. Coli) dalam makanan yang dikonsumsi para siswa tersebut.

"Kami telah menerima laporan dari Dinkes. Ditemukan indikasi bakteri coli, yang kemungkinan besar berasal dari kontaminasi air," ujar Deddy saat dihubungi pada Jumat (19/9/2025).

Deddy menjelaskan, saat ini terdapat 10 unit Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kabupaten Sumbawa, namun baru 9 unit yang sudah beroperasi.

"Kemarin kami pertemuan dengan Koordinator dan Kepala SPPG di Kantor Bupati Sumbawa untuk evaluasi," akunya.

Pengelolaan Dapur

Deddy mengatakan pihaknya terus menekankan pentingnya penerapan standar kebersihan dan prosedur operasional yang ketat dalam pengolahan makanan MBG, mengingat skala penyajiannya yang besar.

"Pengelolaan dapur dan kebersihannya harus benar-benar diawasi. Program ini melibatkan ribuan siswa, jadi SOP (Standar Operasional Prosedur) harus dijalankan secara disiplin," tegasnya.

Ia juga menyoroti soal pembagian waktu memasak yang belum berjalan maksimal. 

Saat ini hanya dua dari tiga shift memasak yang bisa dijalankan karena keterbatasan dalam penyediaan bahan baku. 

Hal ini berdampak pada keterlambatan distribusi makanan ke sekolah-sekolah.

"Keterlambatan pengantaran makanan menjadi salah satu titik krusial. Jika makanan diantar lebih dari 4–6 jam setelah dimasak, ada potensi makanan basi," jelasnya.

Menurut Deddy, pengaturan jadwal pengiriman makanan juga harus disesuaikan dengan jam sekolah agar siswa menerima makanan dalam kondisi segar.

"Misalnya, untuk siswa SD kelas 1 sampai 3, target sarapan harus sudah sampai sebelum pukul 07.15. Sementara kelas 4 sampai 6 bisa saat jam istirahat. Ini penting agar makanan tidak basi di jalan," tambahnya.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved