Keracunan MBG di Sumbawa
Bakteri E. Coli Diduga Jadi Penyebab Keracunan MBG di Empang Sumbawa
Bappeda Sumbawa mengungkapkan, hasil pemeriksaan awal oleh Dinkes menunjukkan adanya indikasi keberadaan bakteri E. Coli
Penulis: Rozi Anwar | Editor: Laelatunniam
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Rozi Anwar
TRIBUNLOMBOK.COM, SUMBAWA - Kasus dugaan keracunan makanan dari Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menimpa ratusan siswa di Kecamatan Empang mendapat perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten Sumbawa.
Kepala Bappeda Sumbawa, Deddy Heriwibowo mengungkapkan, hasil pemeriksaan awal oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) menunjukkan adanya indikasi keberadaan bakteri Escherichia coli (E. Coli) dalam makanan yang dikonsumsi para siswa tersebut.
"Kami telah menerima laporan dari Dinkes. Ditemukan indikasi bakteri coli, yang kemungkinan besar berasal dari kontaminasi air," ujar Deddy saat dihubungi pada Jumat (19/9/2025).
Deddy menjelaskan, saat ini terdapat 10 unit Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kabupaten Sumbawa, namun baru 9 unit yang sudah beroperasi.
"Kemarin kami pertemuan dengan Koordinator dan Kepala SPPG di Kantor Bupati Sumbawa untuk evaluasi," akunya.
Deddy mengatakan pihaknya terus menekankan pentingnya penerapan standar kebersihan dan prosedur operasional yang ketat dalam pengolahan makanan MBG, mengingat skala penyajiannya yang besar.
"Pengelolaan dapur dan kebersihannya harus benar-benar diawasi. Program ini melibatkan ribuan siswa, jadi SOP (Standar Operasional Prosedur) harus dijalankan secara disiplin," tegasnya.
Ia juga menyoroti soal pembagian waktu memasak yang belum berjalan maksimal. Saat ini hanya dua dari tiga shift memasak yang bisa dijalankan karena keterbatasan dalam penyediaan bahan baku. Hal ini berdampak pada keterlambatan distribusi makanan ke sekolah-sekolah.
"Keterlambatan pengantaran makanan menjadi salah satu titik krusial. Jika makanan diantar lebih dari 4–6 jam setelah dimasak, ada potensi makanan basi," jelasnya.
Menurut Deddy, pengaturan jadwal pengiriman makanan juga harus disesuaikan dengan jam sekolah agar siswa menerima makanan dalam kondisi segar.
"Misalnya, untuk siswa SD kelas 1 sampai 3, target sarapan harus sudah sampai sebelum pukul 07.15. Sementara kelas 4 sampai 6 bisa saat jam istirahat. Ini penting agar makanan tidak basi di jalan," tambahnya.
Deddy menegaskan, perhatian terhadap kasus ini merupakan bentuk komitmen Pemda dalam mendukung keberhasilan program MBG.
“Pertemuan hari ini kami inisiasi sebagai langkah evaluasi dan perbaikan agar program ini bisa berjalan lebih baik ke depannya,” tutupnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.