Berita NTB
Regenerasi Perajin Jadi Tantanagan Masa Depan Gerabah Banyumulek Lombok Barat
Banyak anak muda di Banyumulek tak tertarik untuk ikut melestarikan maupun mengembangkan seni kerajinan gerabah.
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK BARAT – Desa Banyumulek salah satu lokasi sentra kerajinan gerabah terbesar di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Kerajinan ini bukan hanya sekadar karya seni, tetapi juga warisan budaya turun-temurun leluhur.
Di tengah industri gerabah yang semakin berkembang, justru muncul persoalan baru. Banyak anak muda di desa itu tak tertarik untuk ikut melestarikan maupun mengembangkan warisan budaya.
Arifin, salah satu pelaku usaha gerabah Banyumulek menceritakan awal mula ia memulai usaha pada tahun 2011 silam.
“Saya mulai usaha pribadi tahun 2011 dengan membuka art shop di Bali. Alhamdulillah sampai saat ini berjalan lanca," ungkapnya, Kamis (11/9/2025).
Ia mengakui, dalam dunia usaha keuntungan yang diterma kerap mengalami pasaang surut. Namun demikian hingga kini ia masih mempertahankan produk usaha gerabah.
“Wisatawan (pembeli) memang pasang surut, kadang bulan lima sepi, tapi bulan tujuh sampai sepuluh biasanya ramai. Bahkan meskipun wisatawan tidak datang langsung ke Indonesia, belanjanya tetap dengan jumlah besar, ada yang mencapai ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa produk gerabah yang paling diminati saat ini adalah painting.
“Yang paling berkembang saat ini adalah painting. Warna-warna yang menurut kita jelek justru dianggap antik di luar negeri, dan itu yang paling laris,” kata Arifin.
Sementara itu, dari kalangan anak muda, minat masih terbilang rendah.
Baca juga: Taman Agro Wisata Terong Tawa, Tawarkan Pengunjung Panen Buah Sendiri
Salah satu pengerajin gerabah, Zidni Hidayat, mengkakui minat anak muda terhadap kerajinan gerabah mulai berkurang.
“Lima puluh persen anak muda di sini tertarik pada pengecetan. Tapi kalau pembuatan gerabah dari tanah liat sejak awal, jarang. Kebanyakan yang menekuninya itu orang tua, sementara anak muda merasa gengsi,” ujarnya.
Pendapat serupa juga disampaikan oleh Shufiya Inayati. Ia memandang anak muda di desanya saat ini lebin suka bekerja di luar ketimbang meneruskan usaha kerajinan gerabah.
“Anak muda di Banyumulek ini lebih memilih untuk bekerja di luar daripada harus membuat kerajinan gerabah. Karena mereka beranggapan bahwa belajar membuat gerabah ini lebih untuk orang-orang tua, sehingga mereka tidak tertarik. Dan banyak juga yang karena gengsi,” jelasnya.
Meski demikian, Shufiya menyampaikan solusi sekaligus harapan untuk pemerintah desa.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.