Kasus Kematian Dosen Untag Semarang Jateng, Peringatan Rekan Kerja soal AKBP Basuki Jadi Sorotan
Kasus kematian Dwinanda Levi, dosen Untag Semarang, masih misterius. Autopsi dan forensik digital terus digelar untuk mengungkap fakta lengkap.
Tim hukum juga menyoroti penempatan AKBP Basuki di penempatan khusus (patsus) oleh Propam Polda Jawa Tengah terkait pelanggaran etik karena tinggal bersama Levi tanpa ikatan pernikahan.
Namun, dugaan pidana terkait kematian Levi masih diselidiki.
“Kami tidak bisa begitu saja percaya pada hasil visum luar maupun dalam. Tujuan tim hukum ini dibentuk untuk mengawal dan menuntut kebenaran secara objektif dan materiil,” tegas Kastubi.
Peringatan Sebelumnya dari Rekan Kerja
Kastubi menyebut sudah mengingatkan Levi agar berhati-hati menjalin asmara dengan polisi.
Ia menilai beberapa oknum polisi bisa bertindak kekerasan terhadap orang dekatnya.
"Saya secara tidak sengaja keceplosan pada Jumat (14/11) saat bertemu di kantin kampus bilang ke Levi agar hati-hati dengan pacarnya yang seorang polisi," ujar Kastubi.
Ia juga menyebut Levi sebelumnya pernah dekat dengan polisi lain, tetapi hubungan itu kandas.
Proses Penyelidikan dan Bukti Digital
Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Artanto mengungkapkan sejumlah barang bukti, termasuk handphone Levi dan Basuki, serta rekaman CCTV, kini sudah dikirim ke laboratorium untuk dianalisa.
Kecurigaan Keluarga
Keluarga Levi mengaku curiga setelah menerima foto korban dari nomor asing yang kemudian dihapus.
Nomor tersebut diduga milik AKBP Basuki. Keluarga memutuskan melakukan autopsi untuk memastikan penyebab kematian Levi.
“Kami akhirnya memutuskan autopsi karena merasa ada yang janggal di situ,” ujar kakak korban, Vian. Keluarga juga menyoroti fakta bahwa Levi tercatat dalam satu KK dengan Basuki sejak 2024.
Sumber: Kompas dan TribunJateng
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/lombok/foto/bank/originals/Korban-DLL-35-dosen-muda-Universitas-17-Agustus-1945-Untag-Semarang-kanan.jpg)