NTB Makmur Mendunia
Diakui Dunia, NTB Bisa Jadi Percontohan Pengembangan Kurma Indonesia
NTB berpeluang menjadi pusat pengembangan buah kurma terbaik di Indonesia. Kualitasnya sudah diakui dunia internasional.
Penulis: Laelatunniam | Editor: Sirtupillaili
Ringkasan Berita:
- Lombok Utara, NTB memiliki varietas buah kurma unggulan yang diakui dunia dengan nama Kurma Rinjani (Kumari).
- Pengembangan komoditas kurma masih perlu dukungan pemerintah, pelaku usaha, dan kesadaran petani.
- BRIDA NTB memfasilitasi pengembangan bibit kurma dengan teknik kultur jaringan.
TRIBUNLOMBOK.COM, TANJUNG - Pengembangan komoditas buah kurma di Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) bisa menjadi percontohan nasional.
Lombok Utara dengan varietas Kurma Rinjani (Kumari) kini sudah semakin mendunia. Terbukti, kualitas kurma Lombok menjadi yang terbaik nomor 7 di dunia.
Tim Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) pun turun langsung meninjau pusat pengembangan Kurma Rinjani (Kumari), di Lombok Utara, pada Sealsa (18/11/2025).
Bersama Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) NTB, mereka melihat langsung bagaimana kurma varietas Rinjani ini ditanam dan dikembangkan kelompok tani, sampai diakui menjadi yang terbaik nomor 7 dunia.
Salah satu lokasi yang ditinjau yakni kebun kurma di Desa Rempek, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara.
Di lahan seluas 76 are tersebut, terdapat 70 pohon kurma. Lahan ini dikelola oleh Risman Eka alias Amaq Lebih (53 tahun), bersama kelompok taninya.
Buah kurma dari desa kaki Gunung Rinjani inilah yang dibawa ke Festival Kurma Internasional, di Abu Dhabi National Exhibition Centre (ADNEC), Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), pada 21–23 Oktober 2025.
Arif Munandar alias Waq Dolah, pembina Yayasan Ukhuwah Datu menjelaskan, varietas Kumari dalam kondisi masih hijau sangat diminati di festival kurma internasional.
Bahkan saat ini sudah ada permintaan pengiriman sampai puluhan ton kurma hijau Lombok ke Timur Tengah. "Mereka sudah siap membeli," katanya.
Baca juga: Tak Hanya Kurma, KLU Juga Punya Coklat Ijo Kajuman dengan Buah Besar dan Produktivitas Tinggi
Dibandingkan dengan kurma hijau dari Timur Tengah, kurma hijau Lombok jauh lebih bagus. Rasanya lebih segar, tidak terlalu sepat atau pahit, dan sudah terasa manis meski belum matang.
"Berbeda dengan kurma hijau di Timur Tengah dia terasa lebih sepat, rasa pahit, makanya kurma hijau kita sangat diminati," katanya.
Kurma-kurma di Lombok Utara mulai berbuah sejak tahun 2021 setelah tiga tahun ditanam para petani. Dengan ketekunan dan kesabaran para petani, kini Kumari (Kurma Rinjani) sudah semakin terkenal dan banyak diminati.
Butuh Dukuangan Semua Pihak
Yogi Suwarno, Direktur Penguatan Kapasitas Jabatan Fungsional Bidang Pengembangan Kapasitas dan Pembelajaran ASN, Kemendagri yang turun ke lokasi mengatakan, pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten akan bersinergi untuk mendukung pengembangan komoditi kurma di Lombok Utara.
"Menciptakan banyak insentif, dukungan sumber daya, dukungan ekspertise. Saya kira ini sinergi penting dari unsur pemerintahan dan petani kurma di KLU," katanya.
Menurutnya, setelah melihat potensi yang dimiliki Lombok Utara ditambah sinergi yang cukup baik antara petani, pelaku usaha, dan pemerintah daerah, NTB sangat layak menjadi percontohan pengembangan kurma di Indonesia.
"Ini sebuah kesempatan luar biasa. Kalau kita bisa bersinergi, NTB bisa menjadi salah satu percontohan bagaimana memajukan komuditas kurma agar menjadi salah satu komuditas unggulan bagi wilayah ini," katanya.
Praktek pengembangan komoditi kurma di Lombok Utara sangat bagus, sebab melibatkan para petani, pembeli, pengepul hingga level rumah tangga.
Konsistensi Produksi Jadi Tantangan
Untuk pengembangan ke depan, petani kurma masih perlu mendapat dukungan infrastruktur dan sarana lebih memadai agar harga bisa lebih bersaing di pasar internasional.
Meski demikian, Yogi Suwarno memberikan catatan agar potensi yang besar ini bisa berkelanjutan. Jumlah produksi dan konsistensi akan menjadi ujian saat permintaan pasar semakin besar.
"Karena ini komoditas yang dibutuhkan di pasar global tentu sustainability selalu menjadi kata kunci bagi setiap inisiatif memulai sebuah usaha," katanya.
"Kalau kita tidak bisa menjamin sustainability tentu ini hanya akan istilahnya itu one hit wonder, munculnya sekali setelah itu selesai," katanya.
Karena itu, kerja sama semua pihak mulai dari level kebijakan pemerintah daerah, petani, pelaku usaha, dan kesadaran masyarakat terbangun dengan baik.
"Agar mereka juga sama-sama merasa memiliki dan menjaga, bahwa komoditas ini milik bersama," katanya.
Gubernur NTB Libatkan Ahli
Kepala BRIDA Provinsi NTB, I Gede Putu Aryadi menjelaskan, pengembangan komoditas kurma di Lombok masih membutuhkan pengawalan dan pembinaan.
Untuk mengajak petani keluar dari zona nyaman tidak mudah. Terlebih menanam pohon kurma tidak mudah, hanya panen sekali setahun.
"Petani masyarakat kita tidak boleh dilepas, harus difasilitasi. Karena itu gubernur NTB sudah memerintahkan, mulai tahun ini membentuk pembibitan kultur jaringan," katanya.
BRIDA dalam hal ini melibatkan para ahli dari BRIN, termasuk tim ahli dari kampus Universitas Indonesia (UI), Universitas Gajah Mada (UGM), dan Universitas Brawijaya.
"Semua ikut mengawal ini karena ini (kurma) merupakan komoditi yang dibutuhkan dunia," katanya.
Jika ke depan buah kurma sudah bisa dikembangkan secara masif, maka hal ini dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada kurma dari luar negeri.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.