Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Sinto
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - Konsorsium untuk Studi dan Pengembangan Partisipasi (KONSEPSI) NTB menggelar kegiatan diseminasi hasil program serta pembelajaran untuk exit strategi berkelanjutan di Lombok Tengah, Kamis (31/7/2025).
Kegiatan ini dihadiri oleh forum pemuda Desa Sukadana dan Segala Anyar, kelompok rentan, sejumlah OPD Lombok Tengah, hingga lembaga sosial kemasyarakatan.
Hadir langsung Staf Ahli Bidang Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Pemkab Lombok Tengah, Tri Widiastuti.
Project Manager Konsepsi, Haerul Anwar, mengungkapkan, diseminasi hasil program ini dilakukan setelah konsepsi melakukan program selama dua tahun di Desa Sukadana dan Desa Segala Anyar Lombok Tengah terkait proyek Aksi Ketahanan Lokal Berbasis Ekosistem yang Inklusif Dalam Menghadapi Ancaman Iklim atau INTER-ACT.
INTER-ACT adalah program yang memiliki fokus pada pembangunan kapasitas dan perbaikan tata kelola ketahanan lokal dalam menghadapi dampak negatif perubahan iklim dengan mengambil lokasi percontohan di Desa Sukadana dan Segala Anyar.
Baca juga: Perkuat Ketangguhan Kawasan, KONSEPSI dan Pemda Lombok Utara Dorong Kerja Sama PRB-API
Program ini dinilai penting karena sejalan dengan visi misi dan strategi RPJMD Lombok Tengah sehingga pihaknya berharap pemerintah daerah bisa memastikan agar praktik baik di desa bisa terus berlanjut.
Haerul berharap agar Desa Sukadana dan Desa Segala Anyar di Kecamatan Pujut bisa menjadi rekomendasi pemerintah daerah menyusun rumusan yang mengakomodasi aksi ketahanan di 154 desa di Lombok Tengah.
Haerul menyampaikan, selama dua tahun hal yang paling substantif dihasilkan di dua desa tersebut adalah adanya kebijakan tentang desa tangguh iklim.
"Desa tangguh iklim ini memuat tentang rencana aksi secara terperinci dengan fokus pada pemerintahan desa dan masyarakat untuk mengurangi kerentanan dan meningkatkan kapasitas mereka terhadap tekanan perubahan iklim terutama resiko kekeringan di sektor pertanian," ungkap Haerul.
Menurut Haerul, peraturan desa ini menjadi dasar pemerintah desa untuk melakukan perencanaan, penganggaran, dan implementasi.
Sebagai contoh, di Desa Segala Anyar dan Desa Sukadana Lombok Tengah telah menganggarkan di APBDes.
Untuk mengawal kebijakan tersebut, Konsepsi membentuk lembaga sosial desa sebagai mitra pembangunan di level desa.
"Lembaga sosial desa ini namanya masyarakat sadar iklim. Mereka ini berasal dari kelompok petani tadah hujan, perempuan-perempuan UMKM, perempuan yang fokus pada pertanian micro farming. Kalau di Desa Sukadana itu adalah pupuk organik. Mereka lah yang menjadi local Champions di level desa," jelas Haerul.
Pihaknya juga membantu untuk memastikan agar kebijakan-kebijakan pemerintah desa inklusif.