“Raden Umar maye... don’t worry we love You... we love wayang Sasak..” sahut hadirin serentak yang menyaksikan pertunjukan tersebut.
Tapi raden Umar Maye masih tak percaya. Rupanya dia tak mengerti apa yang diucapkan para hadirin. Raden Umarmaye wayang Botol kemudian sekali lagi mengajak para penonton untuk bersama-sama bersuara dalam bahasa Sasak, “raden Umar Maye... ndak sedih... Tiang selapuq cinta wayang Sasak.”
Mendengar ucapan itu, barulah raden Umar Maye lega. Dia kemudian pulang ke kerajaan untuk melaporkan kabar gembira itu pada Raja Jayengrane.
Tantangan Pementasan Wayang di Luar Negeri
Fitri Rachmawati yang juga merupakan pendiri SPWS, menuturkan tantangan saat mementaskan wayang Sasak dengan keterbatasan personil di Beijing.
Idealnya sebuah pertunjukan wayang Sasak melibatkan minimal 10 orang, seorang dalang, dua orang asisten (pengabih) dan tujuh orang pemusik (sekehe), namun bukan berarti pertunjukan tidak bisa dilaksanakan hanya dengan melibatkan tiga orang.
"Setidaknya pertunjukan SPWS di Beijing, mencoba melakukan inovasi itu, dua orang dalang (haji Safwan dan Abdul Latief) bermain dengan iringan musik yang telah kami tata menggunakan perekaman musik wayang Sasak sesuai lakon," kata Fitri.
Sebelum ke negeri Tirai Bambu itu, SPWS telah melakukan perekam 13 gending wayang sasak tahun 2023, sehingga pertunjukkan ringkas bisa dilakukan sesuai kebutuhan dan bisa menekan jumlah personil dalam menggelar pertunjukan wayang Sasak.
"Keuntungannya tim tidak perlu membawa 7 jenis alat musik wayang Sasak, seperti gong, dua buah gendang (lanang dang wadhon), Rincik, Kajar, Kenong dan suling. Keringkasan ini mempermudah dan mempermurah biaya perjalanan jauh seperti ke Cina atau bahkan negara lainnya untuk mengenalkan wayang Sasak pada dunia" ungkap Fitri.
Dikatakannya, inovasi dan kreativitas yang memamfaatkan teknologi akan semakin mendekatkan seni tradisi wayang Sasak di mata dunia, namun jika ingin tahu lebih lengkap soal pementasan, Fitri berharap penyelenggara bisa mngundang personil lengkap, atau jika tidak, bisa berkunjung langsung ke wilayah di mana seni tradisi itu berasal.
(*)