3. Pendekatan Teknologi
Zulkieflimansyah mengungkapkan sejarah kepemimpinan sebagai Gubernur lima tahun lalu bersama Sitti Rohmi Djalilah dalam debat kedua Pilgub NTB.
Ia menyebut dirinya bersama Rohmi selalu sama dalam setiap mengambil keputusan ketika menjawab pertanyaan panelis soal teknologi dan pangan.
"Saya lima tahun berpasangan dengan Bu Rohmi, dan selama lima tahun berpasangan hampir tidak pernah saya tidak setuju terhadap apa yang disampaikan Bu Rohmi, termasuk malam ini," ujarnya.
Zul sependapat soal pengolahan pangan yang diutarakan Rohmi.
Dia pun mengusulkan agar ada penambahan dalam soal variabel tentang pentingnya inovasi teknologi dalam pengolahan pangan di NTB.
Zul pun meyakini pengolahan pangan di NTB akan terus berkembang maju.
Sebab daya dukungnya telah memadai untuk mencapai kemajuan.
"Kita beruntung di NTB ini bahwa fakultas teknologi pangan atau food science, saya berkunjung ke Unram tidak kalah dengan fakultas pangan di seluruh Indonesia ini," ujarnya.
"Saya kira kontribusi itu mudah-mudahan terintegrasi dengan sistem produksi dan ekonomi NTB," tandasnya.
4. Pertambangan Berkelanjutan
Zulkieflimansyah memaparkan strategi agar industri pertambangan termasuk yang dikelola rakyat tidak merusak lingkungan ketika beroperasi.
Menurutnya, terobosan-terobosan dari kampus harus menjadi dasar pada pengelolaan industri pertambangan ke depannya.
"Jadi kami punya ekosistem yang bagus buat pendidikan dan kampus kampus kita, kalau dulu tidak ada metalurgi, tidak ada teknik pertambangan, sekarang di hampir semua kampus kampus besar sudah ada program studi itu," ujarnya pada debat kedua Pilgub NTB pada Jumat (8/11/2024).
"Jadi ke depan mahasiswa mahasiswi kita tidak hanya berjibaku dengan tambang-tambang besar tapi dalam praktik kerja lapangannya bisa juga mengunjungi tambang tambang kecil sehingga ilmu metalurgi yang dipelajari di kampus bisa diterapkan," ucapnya.
Ia menilai kampus menjadi salah satu institusi yang dapat meminimalisir kerusakana lingkungan dengan riset-risetnya soal pertambangan.
Sehingga menurutnya hal itu menjadi penting agar tidak terjadi dikotomi antar isu lingkungan dengan pengembangan industri pertambangan.
"Begitu juga dengan lingkungan kadang-kadang orang takut memaknai pertambangan karena identik merusak lingkungan," ujarnya.
"Dengan kemajuan ilmu pengetahuan sekarang banyak mengelola tambang yang sekaligus bisa bersahabat dengan lingkungan. Kampus-kampus itu lembaga penelitian yang ada di kita bisa disinergikan dengan tambang rakyat ini sehingga pada saat yang sama produktivitasnya meningkat dengan teknologi dan pada saat yang sama konsen terhadap kesehatan lingkungan tetap terpelihara dengan baik," tandasnya.
Zul tak menampik jika NTB kaya akan sumber daya alamnya.
Namun, untuk mengelola SDA bagi Zul tidaklah mudah.
Untuk itu diperlukan penguasaan teknologi yang berbasis pada riset kampus-kampus.
"Kita patut bersyukur karena dianugerahi sumber daya alam yang luar biasa, tapi industri ekstraktif ini membutuhkan kapital yang tidak sederhana butuh penguasaan teknologi yang tidak gampang juga," paparnya.
"Oleh karena itu upaya pemerintah membuka pertambangan rakyat menjadi hal yang legal itu menjadi salah satu cara mengurangi pertambangan ilegal yang kadang-kadang berbahaya buat lingkungan kita. Bagaimana supaya ini optimal, karena kunci dari kesinambungan itu adalah teknological inovation dan isu tentang lingkungan," tandasnya.
(TribunLombok.com)