Oleh: Budi Santosa
TRIBUNLOMBOK.COM - Aula Kantor Camat Sekotong, Desa Pelangan, Kabupaten Lombok Barat terlihat ramai oleh masyarakat yang menghadiri sebuah acara.
Nampak peserta dari berbagai kalangan hadir.
Mulai dari ibu dengan anak balita, petugas posyandu, kepala dusun, hingga para petugas dari berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Lombok Barat.
Seperti Dinas Kesehatan, Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A), dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.
Tampak pula seorang tokoh agama yang sedang memberikan ceramah.
Di daerah Lombok Barat, tokoh yang memiliki pengetahuan agama mendalam dan berpengaruh kuat terhadap masyarakat luas dipanggil “Tuan Guru”.
Baca juga: Empat Tahun Zul-Rohmi, Sekda Lombok Timur Bahas Penanganan Stunting hingga Program Zero Waste
Acara yang berlangsung di siang hari itu adalah sosialisasi pencegahan dan penurunan stunting di Kabupaten Lombok Barat.
Menariknya acara sosialisasi pencegahan stunting itu disampaikan oleh seorang Tuan Guru, bukan dari tenaga medis.
Kepala Seksi Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat Muhammad Zainuddin menuturkan, para Tuan Guru menyampaikan pentingnya pencegahan stunting.
Mereka tergabung dalam organisasi yang disebut Forum Da’i Kesehatan Kabupaten Lombok Barat.
Mereka memiliki forum organisasi beranggotakan 60 orang tersebar di berbagai kecamatan, dan telah mendapatkan legalitas organisasi berupa SK (Surat Keputusan) oleh Bupati Lombok Barat.
Baca juga: Perkawinan Anak Jadi Penyebab Stunting, Wagub NTB: Beri Anak Asupan Telur atau Ayam Setiap Hari
Mereka bertugas dan telah berkomitmen sejak tahun 2017 untuk membantu pemerintah daerah dalam penurunan angka stunting.
Para Tuan Guru telah mendapat pelatihan peningkatan kapasitas da’i, baik itu pengetahuan tentang stunting maupun keterampilan melakukan komunikasi perubahan perilaku.
Pelatihan tersebut dilaksanakan Yayasan Cipta dengan dukungan Tanoto Foundation.
Tanoto Foundation merupakan organisasi filantropi independen bidang pendidikan yang didirikan Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto tahun 1981.
“Acara sosialisasi pencegahan stunting ini dilakukan secara berkala, setiap tahun dilaksanakan di enam kecamatan yang memiliki lokus desa stunting,” tambah Zainuddin.
Selain acara sosialisasi dalam bentuk ceramah oleh para Tuan Guru, masyarakat juga disuguhkan pemutaran film terkait pencegahan stunting, yaitu film “merarik kodek” (baca: pernikahan dini).
Ketua LPAD Desa Kekait Abdul Rahman mengatakan, film ini diproduksi Lembaga Perlindungan Anak Desa (LPAD) Desa Kekait dengan tema pernikahan dini dan dampak buruknya.
“Dengan media film masyarakat akan lebih terhibur, dan dapat menyerap pesan-pesan pencegahan stunting dengan baik, menarik dan menyenangkan. Kami juga bekerjasama dengan lembaga Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat, agar upaya-upaya pencegahan stunting berjalan dengan baik, terutama pada sisi pengurangan kasus-kasus pernikahan dini.”
Di tempat terpisah, Kepala Bidang Kesmas Dinkes Lombok Barat Abdullah menuturkan, pencegahan stunting di daerah Lombok Barat mengharuskan keterlibatan unsur-unsur kearifan lokal.
Menurutnya, Tuan Guru di Lombok Barat adalah tokoh yang sangat didengar, disegani, dipatuhi, dan menjadi panutan masyarakat luas.
“Karena itu jika pesan-pesan pencegahan stunting itu disampaikan oleh para Tuan Guru, yang notabene didengar dan dipatuhi masyarakat."
"Pencegahan stunting memang tidak bisa hanya oleh Dinkes saja, atau oleh tenaga kesehatan saja, tapi urusan stunting ini adalah urusan dan tanggung jawab kita semua, bahkan masyarakat, dibutuhkan kesadaran dan kolaborasi bersama,” ujarnya.
Hal serupa disampaikan pula oleh Wakil Ketua Forum Da’i Kesehatan Lombok Barat, Tuan Guru Amrul Jihadi.
“Kami yang tergabung dalam Forum Da’i Kesehatan telah berkomitmen sejak forum ini terbentuk, untuk membantu menurunkan angka stunting sesuai dengan bidang kami di tengah-tengah masyarakat."
"Kami seluruh anggota da’i kesehatan, para tuan guru, ustadz dan ustadzah memiliki majlis ta’lim masing-masing, dan bahkan sebagiannya memiliki pondok-pondok pesantren, dan wadah itu kami manfaatkan untuk menyisipkan pesan-pesan tentang cegah stunting itu penting kepada masyarakat luas,” tuturnya.
Tuan Guru Amrul Jihadi menjelaskan, edukasi mengenai stunting pun dapat disampaikan melalui acara-acara pernikahan.
Kesempatan tersebut dimanfaatkan untuk memberikan nasihat pernikahan terkait dengan pencegahan stunting.
“Terutama untuk mempelai yang akan menikah, karena urusan stunting juga adalah urusan agama. Agama melarang kita meninggalkan generasi yang lemah, lemah secara fisik maupun lemah secara kecerdasan intelektualnya."
"Kami juga memanfaatkan khutbah-khutbah jumat untuk menyampaikan pesan cegah stunting, agar para kepala keluarga juga peduli terhadap gerakan pencegahan stunting ini,” ungkapnya.
Seorang jamaah pengajian di sebuah majlis ta’lim, Inak Ruhiyah juga menuturkan bahwa edukasi mengenai stunting amat diperlukan.
“Kami senang sekali dengan acara sosialisasi ini, sehingga kami sebagai warga lebih memahami tentang stunting, dan bagaimana mencegahnya. Ternyata cukup sederhana dan tidak memerlukan biaya tinggi dalam menjaga tumbuh kembang untuk anak-anak kami, mudah-mudahan acara seperti ini lebih sering lagi dilakukan lagi,” ujar Inak.
Dalam sebuah kesempatan lain pada acara rembug stunting, Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid menjelaskan, angka prevalensi stunting di Lombok Barat tahun 2021 sebesar 22,7 persen.
Pada Februari 2022 menurun menjadi 20,7 persen , dan sudah berada di bawah angka prevalensi stunting propinsi NTB yaitu 22 persen .
Sementara itu, target nasional untuk prevelensi stunting adalah menurun hingga sebesar 14 persen di tahun 2024.
Oleh karena itu, Kabupaten Lombok Barat menargetkan angka prevalensi stunting di tahun 2024 mencapai angka satu digit.
Untuk mencapai target tersebut, Bupati Lombok Barat mendorong keterlibatan tokoh agama dan semua komponen, karena tugas penurunan stunting ini adalah tugas kemanusiaan yang membutuhkan kepedulian bersama.
Artikel ditulis oleh Budi Santosa, District Officer Yayasan Cipta untuk program pendampingan teknis dan advokasi percepatan penurunan stunting di Kabupaten Lombok Barat yang diimplementasi dengan dukungan penuh dari Tanoto Foundation.
(*)