Perkebunan Kopi Pertama Dibuka Pengusaha Asal Swedia
Alan Malingi menuturkan, pada tahun 1930 seorang pengusaha asal Swedia, Gosta Bjorklund membuka perkebunan kopi seluas 56.000 hektare di lereng barat dan utara Gunung Tambora.
Pada masa itulah, kopi Tambora mulai terkenal hingga mancanegara.
Alan mengatakan, Tambora tidak hanya dikenal dengan letusan dahsyatnya.
Namun kaya akan pesona dan komoditi andalan yang sangat penting bagi pengembangan sosial ekonomi, pariwisata, dan budaya serta sektor lainnya.
Satu di antaranya, komoditi andalan di lereng Tambora adalah Kopi Tambora.
Sejak Zaman Kolonial Belanda, banyak orang-orang Jawa yang dipekerjakan di areal perkebunan kopi Tambora.
Sehingga tidak mengherankan jika nama camp-camp di areal tersebut, bernuansa Jawa seperti Afdelin Sumber Rejo dan Afdelin Sumber Urip.
Perkebunan Kopi Tambora adalah kawasan perkebunan kopi, yang terletak di lembah bagian utara Gunung Tambora pada ketinggian tempat 700 meter dari permukaan laut.
Merupakan Lahan Hak Guna Usaha (HGU) seluas 500 Ha.
Dari luas tersebut, baru 254 hektare yang terisi.
Sisanya 246 ha masih dalam keadaan kosong.
Selain tanaman kopi, juga dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang.
Seperti bangunan prosesing 1 unit, lantai jemur 5 unit, perkantoran 1 unit, sarana ibadah 1 unit,sarana pendidikan 1 unit, dan perumahan karyawan 31 orang.
Pada awalnya cerita Alan Malingi, perkebunan Kopi Tambora dikelola oleh PT Bayu Aji Bima Sena (PT BABS) Jakarta selaku pemegang Hak Guna Usaha (HGU) sesuai keputusan Mentri Dalam Negeri Nomor : 21/HGU/DA/77 tanggal 19 juni 1977.