Laporan Wartawan TribunLombok.com, Atina
TRIBUNLOMBOK.COM, BIMA - Cerita Gunung Tambora bukan hanya soal letusannya.
Tapi juga soal vegetasi luar biasa, yang terbentuk dari letusan dahsyat Gunung Tambora 2 abad lalu.
Wilayah Gunung Tambora kini berada di dua kawasan wilayah administrasi, Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu.
Di dua daerah ini, jejak letusan Gunung Tambora terekam dengan jelas.
Hamparan sabana yang dipenuhi batu-batu vulkanis menjadi saksi bisu gunung yang dulu memiliki tinggi 4.300 meter itu pernah memuntahkan isi perutnya dengan dahsyat. Sehingga kini tingginya hanya 2.851 meter.
Sekira 20 tahun lalu, pertama kali menapakkan kaki di kawasan Tambora maka akan tercium wangi bunga dari pohon buah mente.
Selain itu, terdengar riuh suara ayam hutan dan beberapa jenis burung lain yang terbang bebas dari pohon ke pohon.
Semakin memasuki bagian dalam kawasan kaki Gunung Tambora, hamparan perkebunan kopi tersaji dengan apik.
Baca juga: Mendaki Lewat Kebun Kopi Tambora, Dicegat Ribuan Pacet Penghisap Darah
Di wilayah Gunung Tambora yang masuk dalam wilayah Kabupaten Bima, terdapat satu desa yang sejak dulu tersohor dengan kopi.
Desa tersebut bernama Desa Oi Bura, Kecamatan Tambora, Kabupaten Bima.
Kopi di desa ini tumbuh liar dan menjadi pagar pembatas lahan warga.
Kopi yang tumbuh subur ini semakin menunjukkan betapa luar biasanya alam di kaki Gunung Tambora.
Kopi di Gunung Tambora memiliki sejarah panjang.
TribunLombok.com menemui seorang sejarawan Bima, Alan Malingi untuk menelusuri jejak-jejak perkembangan kopi Tambora.