Opini

Akhdiansyah dan Arah Baru IKA PMII NTB

KA PMII NTB hari ini di bawah kepemimpinan Akhdiansyah bukan sekadar paguyuban alumni, tapi rumah gagasan.

Editor: Idham Khalid
Dok. Istimewa
OPINI - Yusuf Tantowi penulis opini berjudul "Akhdiansyah dan Arah Baru IKA PMII NTB". 

Penulis: Ysuf Tantowi, Ketua Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) PCNU Lombok Barat

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Bayangkan sejenak sekelompok orang yang dulu pernah berjuang di ruang-ruang diskusi kampus, aksi demonstrasi ke kantor DPRD, kantor bupati, gubernur kini berkumpul kembali. Bukan untuk mengenang masa lalu saja, tapi untuk memikirkan masa depan.

Itulah Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) NTB hari ini di bawah kepemimpinan Akhdiansyah bukan sekadar paguyuban alumni, tapi rumah gagasan.

“Kita bukan semata organisasi alumni, tapi organisasi yang akan menawarkan banyak ide dan gagasan” katanya.

Di banyak tempat, organisasi alumni seringkali hanya jadi tempat kumpul-kumpul dan nostalgia. Tapi di NTB, IKA PMII pelan tapi pasti berubah wajah. Di tangan Akhdiansyah yang oleh sebagian orang akrab dipanggil Guru To’i, organisasi ini mulai menjelma jadi ruang ide dan gagasan. Tempat alumni pergerakan tak hanya reuni, tapi juga merancang ulang kontribusinya untuk daerah.

Yang menarik, pendekatan yang dibangun tak kaku. Diskusi tak harus selalu berlangsung dalam forum resmi berlogo dan mic berjejer. Kadang cukup di beranda rumah, di warung kopi, atau bahkan di grup WhatsApp. Tapi jangan salah : dari obrolan ringan itu lahir gagasan besar. Soal pendidikan, demokrasi lokal, bahkan isu lingkungan dan digitalisasi semua bisa dibicarakan.

Di bawah Akhdiansyah, IKA PMII NTB seperti diajak "naik kelas". Alumni tak lagi hanya jadi penonton dari balik layar, tapi pemain aktif di panggung kemajuan daerah. Ada semangat kolaboratif yang kental : antara senior-junior, antar-profesi, dan lintas generasi. Semua dirangkul, semua diberi ruang.

Yang lebih penting, arah baru ini tak didesain hanya untuk keren-kerenan. Tapi punya misi jelas menjadikan IKA PMII sebagai motor ide, mitra kritis dan strategis pemerintah serta masyarakat. Bukan oposisi, bukan penjilat, tapi penjaga nalar publik. Perannya mirip kompas menunjukkan arah, bukan mengambil alih kemudi.

Tentu, jalan ini tak selalu mulus. Perbedaan pandangan kadang muncul, ego alumni kadang berbenturan. Tapi di sanalah letak dinamikanya. Organisasi hidup bukan karena semua setuju, tapi karena semua diberikan kesempatan untuk bicara serta menyampaikan gagasannya.

“Kalau ada perbedaan, kita ambil frekuwensi yang sama, bukan mempertajam perbedaannya. Ini ruang kita bersama untuk ambil peran” katanya pada satu pertemuan disebuah caffe di Mataram.

Akhdiansyah sendiri membawa gaya khas : santai, terbuka dan humanies. Ia tak membatasi IKA hanya untuk segelintir elite. Justru yang dia dorong adalah keterbukaan ide, keberanian untuk berpikir, dan kemauan untuk turun tangan, bukan sekadar angkat tangan.

Gaya khas itu terbentuk sejak ia menjadi santri, mahasiswa, bergiat di oragnisasi Nahdlatul Ulama (NU), kerja advokasi dan pemberdayaan melalui Non Government Organization (NGO), lalu terpilih menjadi anggota DPRD NTB dua periode.   

Ada 4 program utama yang coba ditawarkan oleh Akhdiansyah. Pertama, pembangunan Graha Mahbub Junaidi. Nama itu mengacu pada nama ketua umum PB PMII pertama (1960-1961). Gedung ini diharapkan menjadi pusat pertemuan dan kegiatan anggota serta alumni PMII NTB. Kedua, Data base alumni PMII NTB. Ia sangat berkeinginan untuk memiliki data alumni PMII yang tinggal di NTB.

Ketiga, Cafasity Building. Anggota dan alumni PMII yang sangat melimpah punya beragam kemampuan, skill dan jaringan yang luas. Potensi itu harus dimanfaatkan untuk pengembangan kapasitas dan pemberdayaan anggota serta alumni. Keempat, Pemberdayaan UMKM. Ini pilar utama ekonomi masyarakat, IKA PMII harus jadi terdepan membantu, membela dan memperkuat usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). 

Maka, merancang arah baru IKA PMII NTB bukan tentang mengganti jalan lama, tapi memperbarui cara berjalan. Lebih inklusif, lebih adaptif, dan tetap setia pada semangat pergerakan: membela yang lemah, menyuarakan yang tak terdengar, dan menjaga nalar sehat dalam kehidupan berbangsa.

Di tengah dunia yang makin cepat berubah, keberadaan organisasi seperti IKA PMII NTB menjadi penting. Bukan hanya sebagai penjaga sejarah, tapi penggerak masa depan. Dan arah baru itu, hari ini, sedang dirintis. Pelan, tapi pasti organisasi ini akan sampai pada tujuannya.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved