Berita Lombok Utara

Kematian Rizkil Watoni Berujung Aksi Massa, Sebagian Warga Sesalkan Kerusuhan

Murdim warga tinggal di sekiar Polsek Kayangan menyayangkan, kasus yang masih tanda tanya ini berbuntut panjang dengan adanya aksi anarkis warga

Penulis: Ahmad Wawan Sugandika | Editor: Idham Khalid
Ahmad Wawan Sugandika/TribunLombok.com
DEMONSTRASI - Natusan massa aksi saat menggelar aksi demostrasi di Polsek Kayangan, Lombok Utara buntut kematian Rizkil Wathoni, Jumat (21/3/2025). 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK UTARA - Kematian Rizkil Watoni, Warga Dusun Sesait, Desa Sangiang, Kecamatan Kayangan Lombok Utara yang diduga depresi imbas intimidasi oknum kepolisian berbuntut panjang.

Korban Rizkil Watoni yang meninggal tragis dengan cara gantung diri memicu protes warga kemudian menggelar aksi hingga berbuntut pengerusakan sejumlah fasilitas milik Polsek Kayangan

Tidak semua warga mendukung aksi anarkis yang dilakukan sekelompok warga pada kejadian itu.

Murdim warga tinggal di sekiar Polsek Kayangan menyayangkan, kasus yang masih tanda tanya ini berbuntut panjang dengan adanya aksi anarkis oleh sekolompok warga.

“Sebenarnya ini kan kasus kesalah pahamkan, harusnya bisa selesai dengan cara mediasi, komunikasikan baik baik dulu jangan unjuk-unjuk langsung melakukan pengerusakan seperti ini,” ucapnya menjawab TribunLombok.com, Jumat (21/3/2025).

Diceritakannya, pada malam Senin 18 Maret 2025, saat terjadinya pengerusakan, warga mulanya datang tertib menitipkan motornya di halaman tempat tinggalnya.

“Tidak banyak, satu dua orang dulu yang datang, kemudian bergiliran mereka parkir dan langsung melakukan protes dengan dibarengi pengerusakan itu,” ucapnya.

Kejadian semakin mencekam lantaran adanya teriakan anarkis, warga sekitar kemudian berhamburan menonton aksi yang dilakukan.

Baca juga: Oknum Pegawai Dinas Koperasi NTB Kuasai Aset Daerah, Pemprov Tunggu Niat Baik untuk Dikembalikan

Dia juga menyebutkan, saat kejadian, warga pada saat itu sedang melaksanakan shalat tarawih, hingga warga yang saat itu sedang menjalani ibadah ikut menonton pula.

“Jadi saya kira cuman warga di satu dusun yang melakukan aksi anarkis, tidak semu warga kayangan,” ungkapnya.

Dia menjelaskan, kematian RW ini seharusnya bisa hanya selesai dengan cara mediasi, di mana warga harusnya bersabar dengan meminta pihak kepolisian untuk menindak satu oknum yang diduga biang keladi kematian RW, bukan langsung melakukan pengerusakan.

Dia berharap kejadian ini bisa diselesaikan dengan baik, hingga jika benar adanya oknum kepolisian yang terlibat bisa diberikan sanksi dan hukuman yang setimpal.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved