Opini
Menderu Asa Piala Dunia
Apakah Timnas Garuda bisa dan berkesesuaian dengan prediksi dari begawan Gus Dur? ataukah kandas haru. Empat pertandingan tersebut, dinanti-nanti.
Oleh:Mujaddid Muhas, M.A
(Penulis adalah Kolumnis Penonton Bola)
Izin, saya memulai artikel ini dengan prediksi "nyeleneh" dari seorang begawan bangsa Gus Dur yang dalam beberapa ucapannya telah terbukti. Menyebutnya sebagai prediksi nyeleneh, karena muncul dari seorang Gus Dur yang kerap kali nyeleneh penuh guyonan serta sarat makna mendalam. Jangkauan spiritualnya yang melampaui zaman. Terpenting banyak terbukti. Dikatakannya secara konklusi pada ragam jejak digital: Tim Nasional (Timnas) Indonesia bisa turut serta kualifikasi dan lolos Piala Dunia tahun 2026. Apakah kali ini prediksi tersebut ampuh dan nyata? Proses Timnas menderu derap langkah ke sana, tampak terdapat asa. Terlepas dari juara final atau tidaknya.
Bermula dari pertandingan bola yang mengharukan itu, mempertemukan Indonesia-Arab Saudi (19/11/2024) di Stadion Gelora Bung Karno menjadi semacam titik krusial (demarkasi) apakah Timnas bisa melanjutkan peluang lolos kualifikasi. Kendati masih ada empat pertandingan lagi yang menentukan. Pertandingan tersebut sempat mengernyit dahi dan rasa was-was, setelah kalah telak 4-0 atas Timnas Jepang.
Faktanya, keseblasan Garuda bisa mengubah peringkat klasemen (sementara) dan memenangkan pertandingan dengan skor 2-0. Apalagi saat pertandingan itu pula, pemain Marselino Ferdinan menjadi bintang dengan melesatkan dua gol indah yang bersarang pada gawang lawan. Pertandingan tersebut, menjadi perbincangan decak kagum sekaligus menderu asa: masih besarnya peluang lolos kualifikasi Piala Dunia fase ketiga. Lantaran, jika sebaliknya kalah, asa untuk lolos pupus lekang.
Sebagai pegiat literasi dan penyuka bola, dalam pengertian suka-suka nonton bola kapan maunya sekaligus mengikuti mood (dofamin) untuk menorehkan artikel ini. Saya pun tersugesti, semoga dan heroik apabila Timnas bisa lolos kualifikasi Piala Dunia, apalagi harapan fan berat bolamania seantero tanah air. Pertandingan empat kali timnas melawan Timnas Bahrain dan Cina (pertandingan kandang) serta satu pertandingan melawan Timnas Jepang dan Australia (tandang), betul-betul pertandingan "habis-habisan". Pertandingan penentu yang bisa memastikan, apakah Timnas ada pada jajaran negara-negara peserta Piala Dunia 2026.
Adapun terhadap gambaran pertandingan mendatang, seorang teman sekantor yang maniabola mengonfirmasi saya pada suatu obrolan enjoy (penjeda) bersama teman lainnya di teras kantor menyatakan timnas butuh dua kali menang kendati dua kali seri atau ketika kalah sekali tetapi tiga kali menang. Memungkinkan bisa lolos kualifikasi dengan bertaut erat pada keadaan kalah-menang-seri dari pertandingan Timnas Bahrain, Cina dan Australia. Tampaknya, hanya Timnas Jepang yang rada telah membubungkan asanya masuk kualifikasi, lantaran tertinggi pemeringkatannya. Nyaris tak terkejar. Apabila pupus, maka kesempatan Timnas hanya tersisa pada prakualifikasi fase keempat. Dari sisi peluang, jika ada skala kecil-sedang-besar, fase ketiga peluang Timnas pada skala sedang dan pada fase keempat kecil.
Merujuk pada era sebelumnya, Timnas Indonesia masuk Piala Dunia sudah lama sekali (1938). Itupun masih sebagai bagian dari Hindia Belanda, tetapi patut berbangga, lantaran negara pertama di Asia yang lolos piala dunia saat itu. Kini, pertandingan terdekat adalah melawan Australia. Keseblasan yang relatif cadas pula di Grup C. Dari lima pertandingan terakhir, Timnas seri dua kali, dan selebihnya kalah. Apapun itu, pertandingan 2 x 45 menit menjadi pemutusnya. Dengan debut pertama pelatih baru Patrick Kluivert, diharapkan dapat mengegas performa permainan yang lebih segar dan cekatan. Maksimal menang, minimal imbang.
Ada pula yang tak terlepas dari kritikan dan bauran hiruk pikuk perbincangan naturalisasi. Banyak pemain yang dinaturalisasi melalui asosiasinya Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Bagi PSSI, tentu prestasi kemenangan negara di pentas olahraga universal seperti sepakbola menjadi kewibawaan tersendiri.
Naturalisasi yang dilakukan untuk mengajak semua potensi pemain bintang pilihan blasteran, keturunan (genetik) atau interval pijak mukim (domisili) serta menjadi bagian dari Warga Negara Indonesia yang dapat mengharumkan Indonesia, mewakili negara menjadi penting. Sekaligus wajar dari sisi aturan yang diperbolehkan Federation International Football Association. Dengan tidak mengabaikan pemain bintang lainnya yang memang telah otomatis Indonesia tanpa naturalisasi. Pemain naturalisasi dan pemain yang bukan naturalisasi berpadu menyatu sebagai pemain Timnas Garuda. Mengharumkan Indonesia di kancah dunia.
Fase kualifikasi piala dunia Zona Asia, Jepang hanya membutuhkan sekali menang untuk lolos piala dunia. Fokus pertandingan Timnas melawan Australia suatu kemestian, untuk bisa memastikan power pada pertandingan selanjutnya. Apabila kalah, peluang untuk melaju lolos kualifikasi hanya bertaut pada fase keempat. Kepemimpinan pelatih baru Patrick Kluivert menjadi "pertaruhan awal". Sejauh mana starting tim racikan pelatih Kluivert dapat membenamkan permainan lawan. Bukan permainan patgulipat, namun permainan yang dinanti pertandingan menawan.
Ala kulli hal, bola yang telah mewabah sebagai hiburan semua genre. Kita saksikan dalam suasana Ramadhan tahun ini, kembali mewarnai kedai atau kafe, halaman umum areal kompleks perumahan, gang padat pemukiman, teras perkantoran, ruang keluarga rumah masing-masing atau menyaksikan langsung di stadion menjadi testimoner massal. Bahkan uniknya, ada yang bersengaja mendengarkan siaran bola dengan keseruan komentator lewat saluran radio, saya pun pernah demikian.
Apakah Timnas Garuda bisa dan berkesesuaian dengan prediksi dari begawan Gus Dur? ataukah kandas haru. Empat pertandingan tersebut, dinanti-nanti. Menderu asa, boleh-boleh saja. Ada kebanggaan, ketika Lagu Indonesia Raya menggema pada debut pertandingan Piala Dunia. Laksana asa, bola leluasa bisa mengubah kemustahilan menjadi suatu kenyataan. Bola itu bundar, kawan.
Tantangan Utama Gubernur Iqbal dari Bangsa Sasak Sendiri |
![]() |
---|
Masnun Tahir: Antara UIN Mataram dan NU NTB |
![]() |
---|
Merawat Kebersamaan Tanpa Unjuk Rasa, MotoGP Wajah Indonesia dari NTB untuk Dunia |
![]() |
---|
Hultah NWDI: Warisan Spiritualitas dan Kebersamaan |
![]() |
---|
Refleksi Pelantikan PW NU NTB: Mengikat Ukhuwah, Menata Masa Depan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.