Lombok Barat

Profil Kalapas Kuripan Muhammad Fadli, Perjalanan Karir dan Dedikasinya dalam Layanan Pemasyarakatan

Fadli mengabdi sejak tahun 2000 dan memulai kariernya di dunia pemasyarakatan saat masih berstatus sebagai mahasiswa AKIP di UI.

Penulis: Ahmad Wawan Sugandika | Editor: Laelatunniam
TRIBUNLOMBOK.COM/AHMAD WAWAN SUGANDIKA
Kalapas Kelas IIA Kuripan, Muhammad Fadli. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika

TRIBUNLOMBOK.COM, KOTA MATARAM - Lapas Kelas IIA Kuripan Lombok Barat kini dipimpin oleh Muhammad Fadli, warga asli Sumbawa Nusa Tenggara Barat (NTB).

Pria kelahiran 16 Mei 1978 ini merupakan lulusan Universitas Indonesia yang telah mengabdi di dunia pemasyarakatan sudah puluhan tahun. 

Fadli mengabdi sejak tahun 2000 dan memulai kariernya di dunia pemasyarakatan saat masih berstatus sebagai mahasiswa di Akademi Ilmu Pemasyarakatan (AKIP) di UI.

“Tahun 2000 penempatan pertama di Jakarta karena kebetulan saat itu ada tugas belajar di UI saya ditempatkan di lapas terbuka Jakarta,” ucap Fadli saat menceritakan perjalanan hidupnya, Minggu (12/1/2025).

Selama kurun waktu 3 tahun, Fadli kemudian dipindah tugaskan ke Sumbawa pada tahun 2003 yang juga menjadi tanah kelahirannya.

Ia berkarier di Sumbawa 4 tahun menjadi Kasubsi, hingga pada tahun 2009 ia ditarik kembali ke Kantor Wilayah Kemenkumham Mataram.

Di Kantor Wilayah, Fadli mengabdi selama 3 tahun, hingga pada tahun 2012 ia menjajaki diri sebagai petugas lapas yang merawat anak bermasalah di Lapas Anak Mantang Lombok Tengah (Loteng)

Selama di Lapas Anak, jiwa sebagai orang tua mulai tumbuh, ia banyak belajar bagaimana menjadi seorang petugas yang sesuai dengan prinsip memanusiakan manusia.

Di sana ia berusaha menjadi orang tua, dan melakukan segala cara untuk memberikan pemahaman bagi anak-anak hingga menjadi anak yang lebih baik kedepannya.

Tiga tahun di Lapas Anak, Fadli kembali ditugaskan di Sulawesi Tengah, ia kini harus jauh dengan keluarganya yang ada di NTB.

Saat itu, Fadli semakin banyak merenung, bukan hanya keluarganya yang ada di NTB saja yang menjadikannya kangen, namun juga para anak binaannya yang ada di NTB.

Dari rasa kangen itu, Fadli semakin bertekat untuk memberikan perhatian dan memberikan pelajaran hidup bagi mereka yang saat ini berada di dalam Lapas.

“Karena satu hal yang pasti, apapun keakuan dan seburuk apapun mereka di luar, mereka (WB) masihlah seorang manusia yang punya hati nurani,” sebut Fadli

Perjalanan Fadli di Sulteng tak  sampai 1 tahun, ia kembali di tugas kan di Lapas Mataram dari tahun 2015 sampai tahun 2017.

Halaman
12
Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved