Berita Lombok Timur
Kisah Mawardi: Buruh Pengayak Pasir di Lombok Timur, Orang Tua Tunggal bagi Putri Semata Wayangnya
Mawardi dua kali menikah. yang pertama, dia berpisah setelah bekerja di Malaysia. yang kedua, dia ditinggal untuk selamanya
Penulis: Ahmad Wawan Sugandika | Editor: Wahyu Widiyantoro
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Ayakan pasir dan terik matahari Labuhan Haji, Lombok Timur menemani hari-hari Mawardi (38).
Dia rela bekerja seharian tanpa libur demi menghidupi putri satu-satunya, Zifani yang berusia dua tahun.
Zifani saban waktu selalu menemani ayahnya melakukan kegiatan mengayak pasir sambil duduk di bawah pohon rindang beralaskan tikar.
Zifani adalah alasan Mawardi bertahan hidup—dia adalah segalanya.
Setiap hari, Zifani dengan ceria menemani ayahnya bekerja. Di bawah pohon rindang yang memberi sedikit teduh.
Sesekali Zifani bermain sambil sembari melontarkan kata-kata polos, “Ayah, lapar.” Mawardi, dengan tangan penuh debu dan wajah lelah, tak pernah mengeluh.
Baca juga: Tips Waktu Terbaik ke Pasir Panjang di Pulau Maringkik agar Tak Khawatir Tertutup Pasang Air Laut
Tanpa banyak kata, ia langsung menyeka tangannya dan menyuapkan nasi bungkus sederhana untuk sang anak. Bagi Mawardi, membahagiakan Zifani adalah prioritas utamanya.
“Kalau dia saya titipkan ke orang lain, saya khawatir dia merasa jauh dari saya,” ucap Mawardi, dengan mata yang menerawang saat ditemui, Kamis (5/12/2024)
Mawardi menceritakan kehidupan yang ia jalani hingga kini yang terasa sulit.
Perantauannya bekerja di Malaysia dengan harapan bisa memperbaiki nasib berakhir dengan luka.
Istrinya meninggalkannya begitu saja.
Di kampung halamannya, Mawardi menikah lagi, dan dari pernikahan itu lahir Zifani.
Namun, takdir kembali berbalik dan mengguncang hidup Mawardi.
Ketika Zifani masih bayi, sang istri yang ia cintai berpulang untuk selamanya, meninggalkan Mawardi jadi orang tua tunggal.
“Dia adalah perempuan terbaik yang pernah saya temui,” ujar Mawardi.
Tanpa istri, Mawardi kini hanya memiliki Zifani. Segalanya berpusat pada putri semata wayangnya itu.
Sebagai buruh pengayak pasir, penghasilan Mawardi hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan paling dasar.
Namun, ia tak pernah mengeluh, meski hidupnya dipenuhi tantangan.
Setiap butir pasir yang ia ayak adalah bentuk tekad yang tak tergoyahkan, agar Zifani bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik di masa depan.
“Walaupun sulit, saya tidak akan menyerah. Anak ini harus punya masa depan yang lebih baik,” kata Mawardi.
Rumah kecil yang mereka tinggali bersama Zifani adalah hasil bantuan pemerintah pasca-gempa Lombok 2018.
Meski sederhana, Mawardi tak pernah lupa untuk bersyukur.
“Rumah ini memang kecil, tapi cukup untuk kami berdua,” ujarnya.
Bagi Zifani, ayahnya adalah pahlawan yang tak tergantikan. Meski masih sangat kecil, Zifani mulai memahami perjuangan besar yang dilakukan ayahnya.
“Ayah selalu bilang, ‘Zifani harus pintar biar bisa bantu Ayah nanti,’” ujar Mawardi.
Mawardi tahu bahwa dunia mungkin memandangnya sebelah mata. Namun, ia tak peduli. Ia terus maju dengan cinta yang tak pernah pudar untuk Zifani.
“Hidup itu penuh warna. Kadang kita bahagia, kadang kita sedih. Tapi bagaimanapun sulitnya, saya harus terus berjalan,” ujarnya.
Dalam keterbatasan hidup yang berat, Mawardi membuktikan bahwa kasih sayang yang tulus adalah kekuatan yang mampu menaklukkan segala rintangan.
Hidupnya mungkin tak sempurna, tetapi di tengah kerasnya kehidupan, Mawardi adalah simbol ketegaran, harapan, dan cinta yang tak pernah padam.
Dalam setiap waktu yang dilaluinya, dia mengajarkan arti sejati dari menjadi orang tua yang tak kenal lelah berjuang demi anaknya.
(*)
Permudah Pelayanan Publik, Pemda Lombok Timur Bakal Bangun Kantor Imigrasi |
![]() |
---|
Derita Bocor Jantung, Warga Embur Daya Lombok Timur Butuh Uluran Tangan |
![]() |
---|
Angka Perkawinan Anak di Lombok Timur Diklaim Menurun |
![]() |
---|
Baznas Lombok Timur Target Penerimaan Zakat Mencapai Rp17,5 miliar di Tahun 2025 |
![]() |
---|
Diduga Putus Cinta, Pria di Lombok Timur Akhiri Hidup dengan Gantung Diri |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.