Berita Lombok Utara
Krisis Air Bersih di Gili Meno Lombok Utara, Banyak Sapi Mati hingga Dijual Murah
Selain kondisi industri pariwisata yang terganggu karena krisis air bersih di Gili Meno, kondisi ini juga berdampak pada peternak
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK UTARA - Memasuki enam bulan krisis air bersih di Gili Meno, Desa Gili Indah, Lombok Utara, hingga kini belum terlihat ada solusi nyata yang ditawarkan pemerintah.
Masyarakat setempat harus berjuang mandiri untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dengan membeli air bersih, seperti air dalam kemasan atau galon yang digunakan untuk minum, memasak dan lainnya.
Bagi warga, enam bulan lamanya tanpa air bersih bukan waktu yang singkat, terlebih di tempat tersebut merupakan lokasi wisata primadona mancanegara.
Selain kondisi industri pariwisata yang terganggu karena krisis air bersih, kondisi ini juga berdampak pada peternak.
Muhammad Saing salah seorang peternak sapi Gili Meno menceritakan, sejak 6 bulan krisis air bersih, sebanyak 12 ekor sapi telah meninggal karena kekurangan asupan air bersih.
"Kalau dihitung sekitar 12 ekor sapi yang sudah mati karena kekurangan air milik peternak, kalau sapi saya sendiri 2 yang mati," ungkap Saing ditemui Tribun Lombok, Kamis (9/10/2024).
Menurutnya, sapi-sapi tersebut mati karena kekurangan minum air tawar yang sebelumnya sampai 30 liter, kini hanya 5 liter.
"Kalau dulu itu kan sapi kita minum air tawar itu satu wadah bak besar isi 30 liter, sekarang hanya 5 liter saja. Dan juga mungkin kelamaan minum air asin ini sejak tidak ada kiriman air bersih," kata Saing.
Melihat kondisi ternak semakin memburuk, beberapa ekor sapi miliknya harus terpaksa dijual dengan harga murah.
"Karena sapi kita kurang minum terus jadi kurus, terpaksa kita jual dengan harga yang sangat murah," kata Saing.
Baca juga: Ratusan Warga Gili Meno Lombok Utara Demo Tolak Proyek Pengelolaan Air Tawar PT TCN
Ia menceritakan, bulan lalu dia menjual 10 ekor sapi betina dengan harga di bawah 50 juta, yang biasanya diharga 75-80 juta rupiah.
"Kalau kita jual dulu sapi kita ada yang harga 10 juta, sekrang bahkan kita jual 6 sampai 5 juta per ekor," kata Saing.
Kepala Dusun Gili Meno Masrun membenarkan kondisi banyaknya hewan ternak yang mati karena kekurangan air.
"Sapi-sapi peternak mati karena dehidrasi, jadi sebagai dari mereka menjual ternaknya dengan harga murah," kata Masrun.
Diterangkan Masrun, pihak Pemda Lombok Utara awalnya mensupalay air bersih dari daratan Pulau Lombok, namun beberapa bulan terakhir tidak dilakukan.
"Sebenarnya ada kiriman air bersih dari Lombok menggunakan boat, tapi karena para pengusaha belum dibayar jadi suplai air terhenti," kata Masrun.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.