PPDB NTB
Anaknya Tak Lulus Jalur Zonasi, Puluhan Orang Tua Calon Siswa SMA di Mataram Datangi Dikbud NTB
Puluhan orang tua calon siswa mendatangi Kantor Dikbud NTB, protes anaknya tidak lulus jalur zonasi
Penulis: Robby Firmansyah | Editor: Idham Khalid
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Robby Firmansyah
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Puluhan orang tua calon siswa mendatangi Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin (8/7/2024).
Kedatangan orang tua calon siswa ini untuk menanyakan nasib anaknya yang tidak lulus dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jalur zonasi.
Salah satu orang tua siswa Abdul Kadir mengatakan bahwa anaknya tidak lulus jalur zonasi, padahal jarak rumahnya dengan SMAN 2 Mataram tidak terlalu jauh. Dia berharap ada kebijaksanaan dari pemerintah untuk meluluskan anaknya di sekolah yang diinginkan.
"Sekarang ada anak-anak sekolah yang tidak memiliki sepeda motor, tapi diarahkan sekolah yang lebih jauh," kata Kadir.
Dia juga mempertanyakan kebijakan sekolah yang meluluskan siswa yang secara zonasi jauh dari sekolah. Sehingga dia juga berharap hal-hal seperti ini tidak terjadi.
Orang tua siswa yang Saidi mengaku anaknya tidak lulus jalur zonasi, sebelumnya juga anaknya pernah mencoba jalur afirmasi namun tidak juga lulus.
"Mau digeser ke SMA 10 Mataram, tapi kita tidak bisa paksakan keinginan anak-anak ini," kata Saidi.
Baca juga: PPDB Mataram, Sekolah Favorit Mulai Diserbu Orangtua
Terpisah Kepala Dikbud NTB Aidy Furqan mengatakan, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Gubernur NTB dan para kepala sekolah guna mencari solusi terkait masalah ini.
"Mungkin seperti sebelumnya dengan penambahan ruang kelas, menggeser ke sekolah yang masih berada dalam zona atau ke sekolah irisan dari zona tersebut," kata Aidy, Senin (8/7/2024).
Kejadian serupa kata Aidy hampir setiap PPDB terjadi, hal tersebut disebabkan karena animo masyarakat yang ingin mendaftarkan anaknya di sekolah yang dianggap favorit masih tinggi.
Padahal menurut Aidy secara kualitas hampir sama dari sisi sumber daya guru, kemudian pendampingan dari pemerintah. Namun pandangan masyarakat soal sekolah favorit diakui masih sulit untuk diubah.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.