Santriwati Al Aziziyah Meninggal

Cerita Nurul Santriwati Al-Aziziyah Sebelum Meninggal, Mengaku Dipukul hingga Merintih Ingin Pulang

Raodah ibu dari Nurul Izati (14) santriwati Pondok Pesantren Al-Aziziyah Lombok Barat menceritakan kondisi anakanya sebelum meninggal dunia

|
Penulis: Robby Firmansyah | Editor: Idham Khalid
TRIBUNLOMBOK.COM/ROBBY FIRMANSYAH
Jenazah Nurul Izati saat diturunkan dari mobil Ambulans untuk menjalani proses autopsi di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram, Sabtu (29/6/2024). untuk menjalani proses autopsi di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram, Sabtu (29/6/2024). 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Robby Firmansyah

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM- Raodah (50) menceritakan kondisi terakhir anaknya Nurul Izati (14) santriwati Pondok Pesantren Al-Aziziyah yang meninggal dunia, usai menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Soejono Selong.

Nurul diduga menjadi korban penganiayaan di Ponpes tersebut. Dugaan penganiayaan tersebut disampaikan Nurul kepada ayahnya sesaat sebelum mengalami koma sehingga harus dipasangkan ventilator untuk membantunya bernafas.

Raodah mengatakan, ia baru saja tiba di Lombok pada Jumat siang kemarin, dia langsung menuju ke rumah sakit tempat anaknya di rawat.

Setelah tiba di rumah sakit Raodah sempat mengajak anaknya berbicara, namun tidak mendapatkan respon sama sekali.

"Sempat bertemu sempat ngobrol tidak respon. Itupun semua dibantu oleh alat ventilator itu sampai jantung itu berdenyut mungkin karena alatnya," kata Raodah ditemui di RS Bhayangkara Mataram, Sabtu (29/6/2024).

Kemudian baru tadi pagi kondisi anaknya semakin mengkhawatirkan sehingga ia mengaku tidak sanggup melihatnya, dan meminta kepada keluarga yang lain untuk melihat kondisi Nurul.

"Saya panggil adek-adek tolong lihat dia masih ada nafas, beberapa menit kemudian saya posisi sudah astaghfirullah," katanya tak mampu menahan tangis.

Raodah mengatakan sebelum mendapatkan informasi anaknya sakit, Nurul sempat beberapa kali meminta untuk pulang ke Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). Saat diminta apa alasan dia untuk pulang, korban hanya mengatakan karena kondisi kamar mandinya kotor.

"Tapi saya selalu bilang kamu sudah satu semester lewatin itu. Tapi yang lain dia tidak cerita," kata Raodah.

Sejak naik di semester dua, Nurul selalu minta untuk pulang. Barulah sesaat sebelum koma, Nurul dengan nada kesakitan ia mengatakan ke ayahnya bahwa dia dipukul oleh tiga orang.

Belum sempat ditanya siapa yang memukul dan dimana dipukul, kondisi Nurul langsung drop dan koma hingga menghembuskan nafas terakhir.

Sebelumnya juga, Raodah mengaku pihak Ponpes tidak mengabarkan kondisi Nurul saat sedang sakit, kabar sakitnya itu justru diterima dari keluarganya yang juga sekolah disana.

"Besoknya saya nanya ke wali hujrohnya katanya baik baik saja, mungkin dia belum tahu. Baru setelah nya dia WA saya bilang buk dia sakit sudah kami bawa ke klinik," pungkasnya.

Jenazah Nurul saat ini sedang menjalani proses autopsi di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram, untuk mengetahui penyebab dari kematian gadis 13 tahun itu.

Sementara kuasa hukum Ponpes Al-Aziziyah Herman Sorenggana mewakili Ponpes menyampaikan turut berduka cita atas wafatnya santriwati tersebut.

Baca juga: 3 Fakta Dugaan Penganiayaan Santriwati hingga Kritis di Ponpes Al-Aziziyah Lombok Barat

Dia juga mengatakan tetap membantu apa yang dibutuhkan oleh pihak kepolisian, guna mengungkap fakta sebenarnya dari peristiwa tersebut.

"Pihak Ponpes akan membantu apa saja, termasuk kebutuhan keluarga maupun dari pihak LPA, pihak Polres. Karena ini aduan ke Polres jadi harus kita siapkan semuanya," pungkas Herman.

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved