Berita Lombok Timur

Peternak di Lombok Timur Mengeluh Telur Luar Daerah Masuk ke NTB, Bikin Rugi Rp300 Juta Per Hari

Peternak ayam petelur di Lombok Timur ditaksir merugi hingga Rp300 juta/hari

TRIBUNLOMBOK.COM/AHMAD WAWAN SUGANDIKA
Salah seorang peternak petelur di Lombok Timur yang mengeluh akan masifnya telur luar daerah. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Peternak ayam petelur di Lombok Timur mengeluhkan masifnya telur yang masuk dari Pulau Jawa dan Bali.

Ketua Asosiasi Peternak Ayam Petelur Lombok Timur, Sapoan Hakim mengatakan, hal tersebut menjadi biang anjloknya harga telur di tingkat peternak, yang semula Rp 50 ribu, saat ini menjadi Rp 38 ribu.

Harga itu disebut tak sebanding dengan biaya produksi seperti harga pakan yang terus melonjak berikut juga biaya vaksin dan perawatan.

"Saat ini telur asal Bali dan Jawa begitu masif masuk ke Lombok Timur. Akibatnya kami alami kerugian, karena harga telur anjlok, sementara biaya produksi kami saat ini tinggi," ucapnya, menjawab TribunLombok.com, Kamis (2/11/2023).

Baca juga: Curhat Pedagang Harga Cabai dan Daging Ayam Melambung Tinggi, Telur dan Tomat Melorot

Menurutnya, keadaan ini sudah terjadi sejak dua bulan lalu.

Keluhan ini sudah disampaikan ke Dinas Peternakan dan Kesehatan, Dinas Pertanian dan Perkebunan, serta Dinas Perdagangan Provinsi NTB serta Balai Karantina Pelabuhan pada 26 September 2023.

"Kita sampaikan secara langsung di waktu itu, saat itu pihak dari dinas terkait dan Balai Karantina menyatakan tidak pernah mengeluarkan surat rekomendasi ke Pemprov Bali untuk meminta suplai telur ke NTB," katanya.

Sapoan menganggap telur yang masuk dari luar daerah itu statusnya ilegal dan harus dihentikan.

"Jumlah telur ilegal yang masuk ini tidak kita ketahui. Tapi dampaknya sangat mematikan usaha kami, karena produksi telur kami mengendap di kandang karena tidak terserap pasar, sehingga telur kami busuk," imbuhnya.

Anggota asosiasi ayam petelur di Lombok Timur sejumlah 130 peternak.

Baca juga: Update Harga Sembako di NTB Oktober 2023: Telur dan Bawang Merah Makin Murah, Cabai Merangkak Naik

Itu belum termasuk lagi para peternak di luar asosiasi yang jumlahnya lebih banyak.

Berdasarkan hasil kalkulasi, anggota asosiasi dengan jumlah populasi 700 ribu ekor dengan kapitasi produksi 560 ribu butir/hari maka nilai kerugiannya mencapai Rp300 juta/hari.

"Sementara keadaan ini sudah terjadi dua bulan, sehingga total kerugian dalam jangka waktu itu mencapai Rp18 miliar. Angka itu tentu sangat besar bagi kami dan kami harap keadaan ini segera berakhir," ungkapnya.

Pihaknya meminta sikap tegas dari pemerintah selaku regulator untuk segera mencari jalan keluar atas permasalahan ini.

Halaman
12
Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved