Update Kasus Pembunuhan Dosen UIN Surakarta, Keluarga Tak Puas dan Datangi Polsek Gatak Sukoharjo

Meskipun sudah ditetapkan tersangka dari kasus pembunuhan itu. Namun keluarga menilai bahwa ada pelaku lain yang terlibat.

Penulis: Robby Firmansyah | Editor: Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM/ROBBY FIRMANSYAH
Keluarga menaburkan bunga di aras makam Wahyu Dian Silviani, dosen UIN Surakarta yang menjadi korban pembunuhan. Korban dimakamkan di Kota Mataram, Sabtu (26/8/2023). 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Robby Firmansyah

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Kasus pembunuhan dosen UIN Raden Mas Said Surakarta Wahyu Dian Silviani terus berlanjut.

Terbaru keluarga Dian mendatangi Polsek Gatak Sukoharjo karena merasa tidak puas dengan hasil penyidikan polisi.

Dikatakan kuasa hukum keluarga, Gema Akhmad Muzakir meskipun sudah ditetapkan tersangka dari kasus pembunuhan itu. Namun keluarga menilai bahwa ada pelaku lain yang terlibat.

"Pihak keluarga belum puas dengan pelaku ini, karena ada dugaan pihak lain," kata Muzakir, Rabu (27/9/2023).

Keluarga Prof Moh Hazil Tamzil menduga, bahwa motif pembunuhan anak sulungnya itu ada persaingan dunia kerja. Apalagi Dian, berhasil lolos untuk ikut beasiswa di luar negeri.

Baca juga: Keluarga Ungkap Kejanggalan Kasus Pembunuhan Dosen UIN Surakarta, Singgung Masalah Pekerjaan

"Ada dugaan ada persaingan untuk dapat beasiswa, ini menurut analisa kami dia hanya pesuruh," jelas kuasa hukum keluarga korban.

Kejanggalan yang menurut pihak keluarga dinilai tidak wajar juga, pelaku merupakan kuli bangunan yang hampir tiga minggu bekerja di rumah tersebut.

Menurut keluarga, kalau memang pelaku mau mencuri tanpa menggunakan senjata tajam pun bisa.

"Tampa menggunakan golok pun sebenarnya bisa, karena korbankan tinggal sendiri," kata Muzakir.

Soal dugaan awal, motif pembunuhan itu karena korban mencaci maki pelaku juga dinilai janggal.

Bahkan dari pengakuan empat orang kuli bangunan yang juga bekerja di sana, bahwa korban tidak pernah mencaci maki hasil pekerjaan korban.

"Dia tidak bisa membuktikan sakit hati karena dicaci maki, tukang lainnya tidak pernah mendengar, ada empat orang teman pelaku yang menjadi tukang," tandas kuasa hukum keluarga Prof Tamzil itu.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved