Status Pendidihan Global Bukan Penyebab Maraknya Kebakaran Lahan di Lombok Timur

Pergeseran status tersebut berbanding lurus dengan maraknya kejadian kebakaran lahan dan hutan di Lombok Timur.

ISTIMEWA
Upaya pemadaman kebakaran lereng Gunung Rinjani di Lombok Tengah. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengeluarkan pernyataan dunia telah bergeser dari era pemanasan menjadi pendidihan global.

Pergeseran status tersebut berbanding lurus dengan maraknya kejadian kebakaran lahan dan hutan di Lombok Timur.

Dalam minggu terakhir bulan Agustus 2023, tercatat sebanyak 205 hektare lahan terbakar di Gunung Rinjani.

Kebakaran juga terjadi di lahan milik warga di sejumlah Kecamatan seperti Terara hingga dengan Pringgabaya, Lombok Timur.

Menyoal permasalahan itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lombok Timur menyebut kebakaran bukan karena status pendidihan global saat ini.

"Status itu tidak menjadi penyebab terjadinya beberapa kebakaran
lahan dan hutan yang minggu-minggu terakhir melanda di Lombok Timur," kata Kalak BPBD Lombok Timur Lalu Muliadi, Sabtu (12/8/2023).

Dijelaskannya, sesuai instruksi kepala BNPB wilayah hutan yang berisiko terdampak status pendidihan global ada di Pulau Sumatera dan Kalimantan.

Muliadi menjelaskan, kebakaran yang terjadi beberapa minggu terakhir di Lombok Timur sifatnya di permukaan saja.

Hingga, kondisi tersebut mengakibatkan pihaknya belum bisa menyimpulkan bahwa kebakaran terjadi imbas pendidihan global tersebut.

"Paling yang bisa kita simpulkan secara umum bahwa penyebab kebakaran itu ada dua hal yaitu disebabkan oleh faktor alam dan yang kedua disebabkan oleh keteledoran dan kelalaian dari manusia," jelasnya.

Kebakaran di Gunung Rinjani juga menjadi perhatian, namun secara garis besar, hal itu imbas dari musim El Nino yang melanda.

"Apa dampak dari el nino yaitu pertama intensitas curah hujan sangat sedikit, namun intensitas sinar matahari yang sangat tinggi," katanya.

"Belum lagi frekuensi atau fluktuasi waktu dari kemarau el nino itu sangat berdampak pada degradasi lingkungan, bilamana degradasi lingkungan terjadi itu yang menjadi pemicu terjadinya kebakaran," lanjutnya.

Kebakaran yang terjadi saat in lebih bersifat alami yang disebabkan musim atau cuaca el nino dengan status kemarau panjang.

Ditanya terkait kemungkinan dampak pendidihan gelobal di NTB, Muliadi masih menunggu informasi resmi dari BMKG.

"Terutama yang menyangkut tentang klimatologi dan geofisika, itu yang akan menjadi acuan bersama kita," kata Muliadi.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved