Kabupaten Sumbawa Barat

Bupati Sumbawa Barat Jajaki Kerja sama Studi Kelayakan Jembatan Lombok-Sumbawa dengan USTDA

Bupati berharap, potensi kerjasama dengan USTDA Indonesia tak hanya soal infrastruktur. Lembaga ini juga bisa bermitra untuk pengembangan energi.

|
Penulis: Robby Firmansyah | Editor: Dion DB Putra
DINAS KOMINFO SUMBAWA BARAT
Bupati Kabupaten Sumbawa Barat HW Musyafirin saat menghadiri diskusi bersama perwakilan USTDA Indonesia di Hotel Merumatta Hotel, Kawasan Senggigi Jumat sore (28/7/2023). 

Sebagai daerah baru kawasan industri di Indonesia Timur, Sumbawa Barat ke depan akan dibangun berbagai pabrik dan industri strategis lainnya.

"Belum lama ini Presiden Jokowi mengunjungi pabrik smelter PT Amman Mineral di Maluk. Ada banyak yang dibahas dan akan dibangun di Sumbawa Barat termasuk energi terbarukan," paparnya.

Kepala Negara, kata Musyafirin, juga meminta PT Amman Mineral Nusa Tenggara juga mulai menggunakan energi ramah lingkungan. Diharapkan, pada tahun 2030 mendatang penggunaan energi terbarukan ini terealisasi.

Saat ini, di Sumbawa Barat telah Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) dengan kapasitas 450 Mega Watt (MW). Energi ini akan digunakan untuk mendukung pengoperasian industri Smelter.

"Ada juga yang sudah dibangun solar cell dengan kapasitas 26 MW, pembangkit listrik yang mampu mengkonversi sinar matahari menjadi arus listrik. Dan terakhir, rencananya di kawasan itu akan dibangun PLTS dengan kapasitas sekitar 500 MW," jelasnya.

Bupati berharap, potensi kerjasama dengan USTDA Indonesia tak hanya soal infrastruktur. Lembaga ini juga bisa bermitra untuk pengembangan energi terbarukan, khususnya diKecamatan Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat.

Senior Country Representative for Indonesia USTDA, Hanna Yolanda menjelaskan, kegiatan USTDA di Senggigi, Lombok Barat itu itu untuk memperkenalkan institusi USTDA dalam mendukung pembangunan infrastruktur berkelanjutan kepada pemerintah dan lembaga terkait lainnya.

Kegiatan itu juga diisi dengan berbagai diskusi dan audiensi langsung dengan para peserta.

"USTDA juga memaparkan peluang kerjasama untuk fasilitas studi kelayakan proyek infrastruktur di lima sektor utama," kata Yolanda.

Lima sektor utama itu meliputi studi kelayakan, rencana induk (master plan), bantuan teknis (technical assistance), proyek percontohan (pilot project), rekayasa dan desain (design and engineering) yang dikerjakan oleh American Contractors/ consulting firm untuk persiapan infrastruktur di sektor digital, energi terbarukan, perubahan iklim, transportasi, kesehatan dan agribisnis.

"Peluang kerjasama persiapan proyek infrastruktur ini mencakup banyak hal. Termasuk transportasi darat laut, udara," demikian Yolanda. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved