Pilpres 2024

TGB Disarankan Cari Bohir Jika Ingin Bersaing Jadi Cawapres Ganjar

Peneliti Pusat Studi Demokrasi dan Kebijakan Publik (PusDeK) Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, Dr Ihsan Hamid, MA.Pol menyarankan agar TGB.

|
Penulis: Robby Firmansyah | Editor: Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM/DZUL FIKRI
Dr Ihsan Hamid, peneliti Pusat Studi Demokrasi dan Kebijakan Publik (PusDeK) Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram saat berbicara dalam acara program TribunLombok.com. 

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Meski memiliki modal pengalaman dan pengikut setia, hal itu belum cukup bagi Tuan Guru Bajang atau TGB HM Zainul Majdi untuk bersaing menjadi calon wakil presiden (Cawapres) Ganjar Pranowo.

Peneliti Pusat Studi Demokrasi dan Kebijakan Publik (PusDeK) Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, Dr Ihsan Hamid, MA.Pol menyarankan agar TGB juga menyiapkan diri dari segi modal finansial.

Menurut Ihsan, modal dalam kontestasi politik itu tidak harus serta merta keluar dari uang pribadi calon.

Bisa juga modal dalam politik itu didukung pihak lain, dalam hal ini orang kaya sebagai pemodal atau biasa disebut bohir.

"Saya meyakini walau pun Sandi - Erick itu kaya, bukan berarti semua uangnya dikeluarkan untuk kompetisi. Dia (Sandi-Erick) mungkin (punya) relasi atau networking bisnisnya," kata Ihsan, dalam wawancara khusus dengan TribunLombok.com.

Baca juga: TGB Disebut Harus Miliki Modal Finansial dan Elektoral untuk Mengisi Kursi Bacawapres

Demikian juga halnya dengan TGB HM Zainul Majdi, menurut Ihsan, TGB harus memiliki langkah-langkah progresif untuk membangun komunikasi dengan mitra bisnis.

"Atau dengan pemodal atau bohir, kalau bahasa teman-teman ini, TGB harus lebih akrab dengan para bohir," katanya.

Doktor Ihsan melihat, TGB memiliki relasi kuat dengan jaringan pemodal dari wilayah Timur Tengah.

Menurutnya para pemodal Timur Tengah biasanya tidak tanggung-tanggung dalam mengeluarkan uang mereka. Sehingga TGB bisa memanfaatkan relasi-relasi tersebut.

Dengan demikian, TGB memiliki posisi tawar lebih ketika menjadi cawapres Ganjar Pranowo.

"Kalau mau jadi wakil presiden kira-kira saya (TGB) memiliki modal begitu," ujarnya.

Capres dari PDIP Ganjar Pranowo bersalaman dengan TGB HM Zainul Majdi saat bertemu di Kota Mataram, Minggu (18/6/2023).
Capres dari PDIP Ganjar Pranowo bersalaman dengan TGB HM Zainul Majdi saat bertemu di Kota Mataram, Minggu (18/6/2023). (Instagram Ganjar Pranowo)

Tapi di sisi lain, Ihsan juga memberikan saran dan kritik kepada TGB. Menurutnya, sosok TGB kadang ditembus atau diajak nongkrong agak susah.

"Maksud saya beliau ini (TGB) harus lebih akrab dan sering-sering nongkrong dengan teman-teman di Jakarta," katanya.

TGB, lanjut Ihsan, harus lebih inklusif dalam konteks membangun komunikasi dengan lebih banyak komunitas di negeri ini. Baik komunitas tokoh politik dan tokoh publik yang lain, sering-sering ngopi bareng dan sebagainya.

Ihsan sendiri tidak heran dengan karakter TGB saat ini, menurutnya TGB HM Zainul Majdi memang tumbuh dan besar dari keluarga pondok pesantren yang secara pranata sosial sudah tertata dengan baik.

"Sehingga beliau memang untuk membiasakan diri seperti itu tidak mudah, walau pun beliau sebagai pejabat publik dua periode di gubernuran, beliau punya sistematika kerja yang rapi," katanya.

Untuk membangun relasi di Jakarta menurutnya memang membutuhkan fleksibilitas dalam pergaulan. Sehingga bisa bisa lebih memiliki pengaruh sebagai aktor politik di nasional.

Sekertaris Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Perindo M Nasib Ikroman
Sekertaris Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Perindo M Nasib Ikroman (TRIBUNLOMBOK.COM/DZUL FIKRI)

"Beliau banyak dipotret sebagai tokoh itu di mimbar agama, memang beliau tidak pandai pencitraan wajar. Tapi kalau mau beliau ini naik ke lanskap politik ke level yang lebih tinggi memang kamuflase itu penting," kata Ihsan.

Ihsan menambahkan, sebagai orang NTB, tokoh seperti TGB sangat penting untuk terus didorong bersaing di level nasional dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Wilayah Partai Perindo NTB M Nasib Ikroman menegaskan, pembiayaan dari luar negeri diharamkan dalam sistem perpolitikan di Indonesia.

"Karena itu akan dibentuk sebagai intervensi negara lain dalam mengatur politik nasional kita. Kita kan harus berdikasi dengan apa yang kita punya," katanya.

Menurut pria yang akrab disapa Acip ini, TGB merupakan figur yang tidak pandai dalam melakukan pencitraan.

"Kalau pak doktor (Ihsan) bilang, ya mungkin seperti itu. Cuman kalau kita pandang sebagai satu kelemahan, kita pandang itu sebagai kelebihan TGB," katanya.

Menurut Acip, itulah yang justru menjadi nilai lebih dari TGB. Sebab dia memiliki nilai originalitas.

"Bukan sesuatu yang dibuat-buat," katanya.

"Misalnya, apakah panggung pengajian itu dibuat-buat, ya memang aktivitas beliau dari lahir, memang besar di situ (dakwah)," katanya.

Sehingga hal itu menjadi kelebihan juga bagi TGB ketika dia memiliki keaslian dan sikap yang ideologis.

Sebab hampir semua sikap dan pandangan yang keluar dari TGB selama ini memiliki pijakan ideologis.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved