Pilpres 2024

Sosok TGB, Potensial Cawapres Ganjar yang Hafal Alquran dan Doktor Tafsir Jebolan Mesir

Komposisi Ganjar-TGB dianggap mewakili kalangan Nasionalis-Religius di Indonesia. Ganjar merupakan kader PDIP sementara TGB merupakan sosok ulama.

Editor: Sirtupillaili
FOTO ISTIMEWA/KIRIMAN MITRA
TGB HM Zainul Majdi saat memberi tausiah kepada mahasiswa dan mahasiswi di Pancor, Kamis (27/4/2023). 

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Sosok Tuan Guru Bajang atau TGB HM Zainul Majdi menjadi salah satu tokoh Islam yang muncul di bursa calon wakil presiden (Cawapres) di Pilpres 2024.

TGB HM Zainul Majdi kerap disandingkan dengan Capres Ganjar Pranowo. Terutama sejak Partai Perindo bergabung dengan PDIP yang mengusung Ganjar sebagai capres 2024 mendatang.

Komposisi Ganjar-TGB dianggap mewakili kalangan Nasionalis-Religius di Indonesia. Ganjar merupakan kader PDIP sementara TGB merupakan sosok ulama muda, pengasuh pondok pesantren.

Selain sering tausiah agama, TGB juga merupakan hafiz dan doktor tafsir Alquran jebolan Kairo, Mesir.

Lalu seperti apa riwayat pendidikan TGB HM Zainul Majdi?

Baca juga: Faktor TGB Bikin Elektabilitas Perindo Melejit, Potensial Tembus Ambang Batas Parlemen

 

TGB Muhammad Zainul Majdi muda mengenyam pendidikan dasar di SD Negeri 3 Mataram (Sekarang SDN 6 Mataram), dan lulus tahun 1986.

TGB Muhammad Zainul Majdi melewati jenjang sekolah menengah pertama di Madrasah Tsanawiyah Mu’allimin Nahdlatul Wathan Pancor hanya dalam 2 tahun.

Dia lulus Madrasah Aliyah di yayasan yang sama tahun 1991.

Sebelum memasuki perguruan tinggi TGB menjalani pendidikan menghafal Al-Quran di Ma’had Darul Qur’an wal Hadits Nahdlatul Wathan, Pancor, selama setahun (1991-1992).

Kemudian tahun 1992 TGB Muhammad Zainul Majdi muda berangkat ke Kairo untuk menimba ilmu, di Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Ilmu-Ilmu Al-Qur’an Universitas Al-Azhar, Kairo.

Ia berhasil lulus dan meraih gelar LC (S1) pada tahun 1996.

Lima tahun berikutnya, TGB Muhammad Zainul Majdi meraih Master of Art (M.A.) dengan predikat “Jayyid Jiddan”.

TGB H Muhammad Zainul Majdi
TGB H Muhammad Zainul Majdi (Dok. Tim TGB)

Pulang dari Mesir, TGB Muhammad Zainul Majdi berdakwah di Pesantren Assyafiiyah Pulo air milik KH Abdullah Syafii.

Kemudian pulang ke Pancor melanjutkan pengelolaan Pondok Pesantren Darunnahdlatain NW Pancor, peninggalan sang kakek, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sejak tahun 1999 sampai saat ini.

Di tangan TGB Muhammad Zainul Majdi, Pondok Pesantren Darunnahdlatain NW Pancor yang saat itu sempat terpuruk mengalami kemajuan pesat. Baik dari segi fisik, prasarana, sumberdaya, dan jumlah santri.

Karena aktif berdakwah ke berbagai pelosok di Lombok, usai pulang dari Mesir, warga kemudian memanggilnya dengan sebutan Tuan Guru Bajang (Kiyai Muda).

Panggilan ini mirip seperti panggilan masyarakat Pancor untuk kakeknya pada saat muda, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, yang juga aktif berdakwah sepulangnya dari Makkah, Arab Saudi.

Sebutan TGB atau Tuan Guru Bajang melekat pada diri TGB Muhammad Zainul Majdi hingga saat ini.

Sebutan TGB kini semakin familiar di masyarakat Indonesia.

Ganjar Pranowo dan TGB usai ziarah makam Pahlawan Nasional TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid di Pancor, Lombok Timur, Minggu (18/6/2023).
Ganjar Pranowo dan TGB usai ziarah makam Pahlawan Nasional TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid di Pancor, Lombok Timur, Minggu (18/6/2023). (TRIBUNLOMBOK.COM/AHMAD WAWAN SUGANDIKA)

Setelah menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 di Al-Azhar selama 10 tahun, TGB Muhammad Zainul Majdi melanjutkan ke program S3 di universitas dan jurusan yang sama.

Pada Oktober 2002, TGB Muhammad Zainul Majdi menyusun proposal disertasi berjudul “Studi dan Analisis terhadap Manuskrip Kitab Tafsir Ibnu Kamal Basya dari Awal Surat An-Nahl sampai Akhir Surat Ash-Shoffat”.

Disertasi ini di bawah bimbingan Prof Dr Said Muhammad Dasuqi dan Prof Dr Ahmad Syahaq Ahmad.

TGB Muhammad Zainul Majdi berhasil meraih gelar doktor dengan predikat “Martabah EL-Syaraf El Ula Ma`a Haqqutba” atau Summa Cumlaude, hari Sabtu, 8 Januari 2011.

Munaqosah (sidang) disertasi ini menghadirkan dosen penguji Prof Dr Abdul Hay Hussein Al-Farmawi dan Prof Dr Al-Muhammady Abdurrahman Abdullah Ats-Tsuluts.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved