Pilpres 2024

Pengakuan Politikus Senior PDIP Panda Nababan tentang Perang Dingin SBY dan Megawati

Menurut Panda, Megawati sudah memaafkan peristiwa politik 18 tahun silam itu. Meski, oleh Mega, kejadian tersebut tak bisa dilupakan.

|
Editor: Dion DB Putra
Tim dokumentasi Jusuf Kalla via Kompas.com
Para tokoh nasional tampak menghadiri Gala Dinner G20 di Garuda Wisnu Kencana (GWK), Bali, Selasa (15/11/2022) malam. Tampak Ketua DPR Puan Maharani, Wakil Presiden ke-9 RI Hamzah Haz, Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri, Wakil Presiden ke-6 RI Try Sutrisno, Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono, dan Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla. 

TRIBUNLOMBOK.COM, JAKARTA - Politikus senior PDIP Panda Nababan menceritakan awal mula perang dingin yang terjadi antara Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri dengan Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Menurut Panda, Megawati sudah memaafkan peristiwa politik 18 tahun silam itu. Meski, oleh Mega, kejadian tersebut tak bisa dilupakan.

Baca juga: Pengamat Soal Mimpi Naik Kereta Api: SBY Coba Mengambil Hati Megawati Soekarnoputri

“Mega sendiri pernah mengatakan ke saya, ‘Panda saya memaafkan itu, tapi tidak melupakan itu’. Peristiwa itu bagi Mega sakit sekali,” kata Panda dalam program Kompas Petang Kompas TV, Selasa (20/6/2023).

Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 2005. Saat itu, SBY belum genap setahun berkuasa, pun Mega belum setahun turun tahta.

Menurut Panda, kala itu Mega menugaskan dirinya menemui SBY. Sebab, orang yang sebelumnya diutus SBY untuk bertemu Mega tak berhasil mempertemukan dua elite politik tersebut.

“Delapan belas tahun yang lalu Megawati menugaskan saya berbicara dengan Presiden SBY di Istana dalam satu malam, di mana sebelumnya utusan-utusan dari Presiden SBY untuk meminta Mega kapan waktunya mereka berdua bertemu, itu tidak ada kepastian,” ungkap Panda.

Kepada Panda, Megawati menitipkan lima pertanyaan untuk disampaikan ke SBY. Isinya, terkait pencalonan SBY sebagai presiden pada Pemilu 2004 hingga pembentukan Partai Demokrat.

Sebagaimana diketahui, sebelum mencalonkan diri sebagai presiden pada Pilpres 2004, SBY merupakan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan di Kabinet Gotong Royong, kabinet pimpinan Megawati.

Panda pun mengungkap tiga dari lima pertanyaan yang dititipkan untuk SBY lewat dirinya. Pertama, apakah SBY pernah mengatakan keinginannya menjadi wakil presiden pendamping Megawati. Kedua, Megawati bertanya, apakah SBY menggunakan kantor Polkam saat itu untuk membentuk Partai Demokrat.

Ketiga, Mega menanyakan, apakah SBY ingat pernyataannya dalam sidang kabinet yang mengaku tak akan mencalonkan diri sebagai presiden pada Pemilu 2004.

Megawati bilang, jika saja lima pertanyaan itu mendapat jawaban, dirinya bersedia bertemu langsung dengan SBY. Mega, kata Panda, hanya mengharapkan keterbukaan SBY.

Namun demikian, Panda menyebut, tak satu pun pertanyaan titipan Mega tersebut dijawab oleh SBY. Bermula dari sinilah, hubungan Mega dan SBY renggang. Keduanya hampir tak pernah bertemu selama belasan tahun.

“Mega mengatakan ke saya, dia akan bertemu dengan SBY kalau dijawab semua pertanyaan itu,” ujar Panda.

“Waktu saya ajukan lima pertanyaan itu, lima itu tidak ada dijawab itu sampai sekarang. Itu terus terang saja menjadi bom waktu, 18 tahun mereka tidak pernah duduk bersama kongko-kongko atau ngobrol,” tuturnya.

Meski begitu, menurut Panda, Megawati bukan sosok pendendam. Kendati belum melupakan peristiwa belasan tahun silam itu, Mega dan SBY masih mungkin berekonsiliasi.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved