Korban Penipuan Like dan Subscribe Terus Berjatuhan, Pelaku Manfaatkan Kelemahan Anak Muda

Korban penipuan online di Indonesia terus berjatuhan. Umumnya orang muda yang tergiur mendapatkan uang dalam jumlah besar.

Editor: Dion DB Putra
GridOto
Ilustrasi penipuan online. 

TRIBUNLOMBOK.COM - Korban penipuan online di Indonesia terus berjatuhan. Umumnya orang muda. Modusnya adalah menyukai ( like) ataupun mengikuti ( follow/ subscribe) akun Youtube,

Korban teranyar menimpa seseorang berinisial COD (24) dengan kerugian mencapai Rp 48,8 juta.

Sebelumnya, enam warga Depok, Jawa Barat melaporkan kasus serupa. Salah satu korban berinisial SNA (24) juga tertipu hingga jutaan rupiah setelah tergiur dengan pekerjaan like dan subscribe akun tertentu dengan komisi Rp 15.000 untuk satu akun.

Baca juga: Perjalanan Hidup Ajudan Pribadi Tersangka Penipuan Rp 1,3 M, Cicil Motor Pertama di Usia 14 Tahun

Pakar keamanan siber dan forensik digital dari Vaksincom Alfons Tanujaya mengatakan, jatuhnya banyak korban penipuan ini tak lepas dari kelemahan anak muda zaman sekarang.

"Pelaku memanfaatkan kelemahan psikologis anak muda zaman sekarang yang dikenal dengan FOMO alias fear of missing out atau ketakutan untuk tertinggal dari tren terkini," ujar Alfons, Jumat (23/6/2023).

Saat menjalankan siasatnya, kata Alfons, pelaku akan menjadikan seseorang sebagai sosok yang sangat aktif melakukan transaksi dan mendapatkan uang.

Dalam situasi ini, Alfons berujar, korban akan terbawa dan ikut mengambil paket yang ditawarkan.

Ketika melakukan transaksi, korban akan merasa seperti sedang investasi.

"Ia (seolah) akan mendapatkan konsol yang keren dan sangat mirip dengan konsol investasi saham atau keuangan yang sebenarnya konsol abal-abal," kata Alfons.

Ketika korban menyetorkan uang dalam jumlah besar, maka uang setoran itu akan ditahan dengan berbagai alasan.

Tak jarang, setoran itu justru digunakan sebagai senjata agar korbannya menyetorkan uang kembali apabila tidak mau setoran awalnya hangus.

"Pada titik tersebut adalah saat penipu memanen hasil kerja kerasnya sudah jelas uang korban akan hilang dan tidak mungkin kembali lagi," kata Alfons.

Grup Telegram yang digunakan sebagai komunikasi selama ini akan ditutup. Penipu akan menghilang.

Alhasilnya, korban hanya bisa terkejut kembali ke dunia nyata dan menyadari kalau dirinya sudah menjadi korban penipuan.

Skema ponzi Alfons Tanujaya menjelaskan, taktik dasar yang digunakan pelaku mirip dengan skema ponzi dalam robot trading.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved