Opini

Berjalan untuk Perdamaian

Di dalam pertemuan itu kami semua tunduk berdoa menurut keyakinan kami masing-masing untuk kesembuhan Paus Fransiskus.

|
Editor: Dion DB Putra
FOTO KIRIMAN PATER MARKUS SOL0
Pastor Markus Solo Kewuta, SVD (ketiga dari kanan) bersama para bhikku dan umat awam Buddha dari tradisi Theravada asal Thailand yang mengunjungi Vatikan. 

Lagi-lagi mereka harus menerima kabar pembatalan bertemu dengan Paus yang sudah dijadwalkan karena Paus Fransiskus masih harus beristirahat untuk membantu proses penyembuhan bekas operasi.

Sekalipun demikian, semangat mereka untuk menebar dan memajukan perdamaian tidak luntur.

Saya diminta dari Kantor untuk mendampingi para Bhikku dan kaum awam hari ini ke bagian dalam Vatikan dan menjelaskan kepada mereka tentang Vatikan, Basilika Santo Petrus dan segala yang berkaitan dengan Vatikan.

Mereka semua sangat berantusias mengikuti semua penjelasan saya. Sekali-sekali, Presiden delegasi, Master Phra Sutham Dhitadhammo mengambil alih mikrofon dari saya dan memberikan penjelasan tambahan tentang apa yang sudah saya katakan dengan mengaitkan dengan nilai-nilai agama Buddha.

Hal yang membuat saya merasa terkesan, adalah bahwa Presiden Delegasi, Master Phra Sutham memegang tangan saya sejak keluar dari Kantor dan tidak pernah melepaskannya lagi selama perjalanan dan selama saya melakukan penjelasan. Sedetikpun beliau tidak melepaskan tangan saya.

Hal ini membuat puluhan bahkan ratusan ribu manusia yang membanjiri Vatikan hari ini merasa terkesan dan memotret kami berulang-ulang.

Tetapi bukan itu tujuannya. Saya memahami misi mereka yang dikemas dalam tajuk “Berjalan untuk Perdamaian”.

Mereka sadar bahwa berjalan bersama-sama butuh kedekatan, saling menopang dan saling bergandengan tangan. Ada banyak bahaya dalam perjalanan yang bisa mengakibatkan kejatuhan dan rentetan akibat lainnya.

Oleh karena itu, untuk selamat di jalan, orang harus saling bergandengan tangan.

Saya sangat menikmati gestikulasi khusus ini. Belum pernah saya alami sepanjang dan seintensip itu. Kesan saya, beliau juga sangat menikmatinya.

Sering para Bhikku lain juga ikut bergandengan tangan sehingga terjadi rantai gandengan tangan selama perjalanan.

Betapa indahnya hidup ini! Sekalipun berbeda, kita masih bisa dan bahkan senang bergandengan tangan. Tidak ada kaitan dengan perkara iman. Ini soal kemanusiaan belaka yang diterjemahkan dari iman masing-masing.

Benar kata Paus Benediktus XVI dalam satu kesempatan: Barangsiapa yang beriman, tidak pernah merasa sendirian. Dia selalu ingin mencari penganut agama lainnya. Mengapa?

Karena asal usul kita satu dan sama. Tujuan kita pun satu dan sama. Yakni kepada Dia yang telah menciptakan kita semua, walaupun cara dan jalan kita berbeda.

Di tengah berbagai macam konflik dan perpecahan di dunia ini, betapa indahnya mengalami moment seperti ini.

Bagi mereka yang berkendak baik dan berjuang untuk perdamaian lintas agama dan perdamaian global, kami hari ini ingin mengatakan: You don’t walk alone. Anda tidak berjalan sendirin. We walk together, hand in hand, for peace and harmony.

Tidak ada yang lebih indah dan membahagiakan selain hidup dalam suasana rukun dan damai, saling memahami dan saling menghormati. (*)
 
 
 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved