Berita Bima

Warga Nggaro Ta'a Kota Bima Patungan Bikin Jembatan Darurat, Dinas PUPR: Proyeknya Sedang Ditender

Pemerintah Kota Bima telah mengalokasikan dana sebesar Rp800.000.000 dalam APBD 2023 untuk pembangunan jembatan gantung

Penulis: Atina | Editor: Wahyu Widiyantoro
ISTIMEWA
Ekskavator yang disewa warga Nggaro Ta'a Kelurahan Ntobo, Kecamatan Raba, Kota Bima untuk membuat jalan sederhana di sungai setempat agar bisa dilewati warga. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Atina

TRIBUNLOMBOK.COM, KOTA BIMA - Warga Nggaro Ta'a, Kelurahan Ntobo, Kecamatan Raba, Kota Bima, patungan uang Rp100 ribu untuk membuat jalan di sungai agar bisa dilewati.

Hasilnya, warga mampu menyewa ekskavator Rp3.000.000 yang mengeruk dan menimbun sungai di lingkungan tersebut agar bisa dilewati warga.

Jembatan yang membelah sungai di desa itu sudah putus sejak 2 tahun lalu akibat diterjang banjir.

"Janjinya pemerintah mau dibangun jembatan tahun ini, tapi sampai sekarang tidak ada tanda-tanda, makanya kami buat sendiri saja jalannya," ungkap warga setempat, Syarifuddin.

Baca juga: Jembatan Putus Belum Diperbaiki, Warga Nggaro Taa Ntobo Kota Bima Patungan Bikin Jalan Sendiri

Kepala Dinas PUPR Kota Bima, Agus Purnama kepada TribunLombok.com memberikan penjelasan terkait pembangunan jembatan tersebut.

Menurutnya, Pemerintah Kota Bima telah mengalokasikan dana sebesar Rp800.000.000 dalam APBD 2023 untuk pembangunan jembatan gantung.

"Tahun ini dikerjakan pagunya 800 juta, konstruksi jembatan gantung," jawab Agus, Senin (22/502023).

Ditanya kapan dikerjakan, Agus mengaku saat ini pihaknya sedang menyiapkan tender.

"Itu bidang teknisnya Cipta Karya, lagi persiapan tender," pungkasnya.

Pada berita sebelumnya, lingkungan Nggaro Ta'a Kelurahan Ntobo Kota Bima memiliki Kepala Keluarga (KK) lebih dari 40.

Selama 2 tahun terakhir, aktivitas warga bergantung pada debit air sungai agar bisa dilewati.

Bahkan anak-anak setempat tidak bersekolah saat musim hujan, karena tidak bisa melewati arus sungai, akibat putusnya jembatan yang menjadi satu-satunya akses penghubung dengan lingkungan lain.

Bahkan baru-baru ini, ada ibu hamil yang terpaksa ditandu dengan susah payah melewati derasnya arus sungai, karena harus melahirkan di Rumah Sakit.

"Saat itu malam, kami tidak bisa videokan, kami tandu ibu hamil karena harus melahirkan di rumah sakit, kondisi air saat itu tinggi dan lumayan deras," ungkap Syarifuddin.

Ia berharap, pemerintah segera merealisasikan janjinya karena berkaitan dengan kehidupan warga.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved