Wawancara Khusus

Jusuf Kalla Sudah Setengah Tahun Putus Komunikasi dengan Jokowi

JK, sapaannya, memahami padatnya agenda kenegaraan yang dijalankan Presiden Jokowi sejak awal tahun 2023.

|
Editor: Dion DB Putra
TRIBUNNEWS.COM
Mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla saat wawancara di kediamannya Dharmawangsa Jakarta Selatan, Jumat (12/5/2023). 

Bagaimana saran dari Pak JK agar pemilu 2024 berjalan tetap adem siapapun mereka yang akan running?

Kita harus siap untuk kalah, jangan hanya siap untuk menang sehingga ketika kalah jadi marah. Tiga calon presiden ini kan hanya satu yang akan menang, berarti dua calon harus kecewa.

Boleh kecewa tapi jangan jadi satu masalah. Harus sportivitas dan penyelenggara harus melaksanakan dengan jujur.

Lalu kita harus mendahulukan kepentingan bangsa bahwa pemilu ini hanya cara untuk mencari pemimpin. Dan yang terpilih ini harus betul-betul menjalankan tugas.

Kemudian timbul lagi upaya persatuan. Pengalaman yang ada, partai yang kalah akhirnya bergabung juga sebagian. Itu kan langsung selesai. Sama dengan Pak Jokowi melawan Pak Prabowo, tapi kemudian Pak Prabowo masuk kabinet.

Apakah endorsement dari Pak Jokowi terhadap satu calon itu punya pengaruh?

Pasti karena Pak Jokowi masih punya pengaruh. Ada tim suksesnya masih dia pelihara. Tingkat popularitasnya tinggi.

Itulah orang selalu mengharapkan restu Pak Jokowi, karena ingin Pak Jokowi membuka jalan timnya membantu.

Apakah komunikasi Pak JK dengan Pak Jokowi baik-baik saja atau sudah terputus?

Sudah lebih dari enam bulan saya tidak berkomunikasi. Saya selalu minta waktu tapi mungkin beliau sibuk.

Sebelumnya kita ada perjanjian setiap dua bulan bertemu, membantu memberikan saran dengan pengalaman-pengalaman yang ada. Sudah bertahun-tahun saya jalani itu.

Kalau selama proses kampanye ini, sepengalaman Pak JK tiga kali Pemilu, faktor terpenting apa?

Pertama paling penting memang pengetahuan tentang kita ini secara individu, punya pengalaman, dan dikenal.

Bukan mau kampanye, baru dikenal, sebelumnya ya. Karena waktu itu saya Menko Kesra kan, contohnya ya saya damaikan konflik Poso, Ambon, ya orang kenal saya itu sebagai juru damai.

Jadi ada legacy, orang mengenalnya, di samping juga dulu saya dekat dengan bidang keagamaan, keumatan. Kalau saya masuk pesantren, itu biasa bukan tiba-tiba, tapi masyarakat ya melihat juga.

Apakah sosmed di pemilu saat ini mempunyai pengaruh?

Pasti, tapi berbeda dari tahun ke tahun, walau sekarang itu mungkin sudah di atas 50 persen pengaruhnya, lebih pengaruhnya. Orang di kampung kan ada yang belum punya medsos.

Kalau zaman dulu kan ke tivi, ke media, media mainstream, tapi karena diatur di tivi hanya sekian jam boleh oleh KPU.(tribun network/reynas abdila/bersambung)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved