Fakta Oknum Pimpinan Ponpes Cabuli Santri di Lotim, Ditemukan Banyak Lorong ke Kamar Santri

Dari penelusuran yang dilakukan TribunLombok.com, ponpes tersebut rupanya memiliki lorong-lorong yang tembus ke beberapa kamar terpisah.

pixabay.com
ilustrasi kekerasan seksual perempuan. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Oknum pimpinan salah satu pondok pesantren (Ponpes) di Lombok Timur diduga melakukan tindakan kekerasan seksual kepada santriwatinya.

Imbas dari dugaan tersebut, oknum pimpinan ponpes berinisial LMI (40) kini ditangkap Polres Lombok Timur.

Semenjak kasus tersebut mencuat, Ponpes terpantau sepi dan mulai ditinggalkan para santri.

Dari penelusuran yang dilakukan TribunLombok.com, ponpes tersebut rupanya memiliki lorong-lorong yang tembus ke beberapa kamar terpisah.

Beberapa kamar terlihat cukup luas namun hanya ada 1 kasur dan juga 2 lemari kecil di dalam kamar tersebut.

Baca juga: Kasus Pelecehan Seksual di Ponpes Lombok Timur Buktikan Daerah Ini Tidak Aman Bagi Anak

Barang-barang yang tergantung juga masih ada, yang mengindikasikan kamar tersebut sempat dihuni oleh santriwati.

Banyaknya lorong di ponpes tersebut juga membenarkan apa yang disampaikan korban yang masih berusia 17 tahun, beberapa waktu lalu.

Dari penuturan korban, ajudan sang ustad sebelumnya akan mengantarkan surat kepada korban untuk dibawa masuk ke kamar demi melayani nafsu bejat oknum ustad itu.

Ponpes yang diperkirakan memiliki luas sekitar 30 are itu juga memiliki 3 aula yang digunakan para santri dan santriwati berkegiatan sehari hari.

Kamar mandi santriwati dan santriwan di Ponpes tersebut hanya disekat seng.

Dari keterangan warga setempat, Ponpes yang ada juga dinilai masyarakat tertutup.

"Jarang sekali kita melihat aktivitas seperti pada umumnya Pondok Pesantren di Ponpes ini," ucapnya kepada TribunLombok.com, Sabtu (13/5/2023).

Dikatakannya, dirinya juga baru pertama kali masuk di Ponpes dan melihat secara langsung suasana di dalamnya.

Ia menilai, banyak kamar terpisah dengan lorong hingga kamar mandi tak seperti Ponpes pada umumnya.

"Kaget juga ya, kok kamarnya seperti ini terpisah-pisah, lorongnya juga langsung tembus dengan beberapa kamar kosong, selain itu kamar mandi cowok dan cewek ini hanya disekat seng walaupun berbeda lantai," tuturnya.

Yasin mengaku, jika sosok oknum ustad tersebut jarang bersosialisasi dengan masyarakat sekitar dan lebih banyak berkegiatan di luar lingkungan Ponpes.

"Hingga jarang juga beliau ketika diundang ke acara warga sekitar datang, beliau lebih banyak di luar," katanya.

Dikatakannya, Ponpes tersebut kabarnya diisi 200 lebih santri.

Namun 99 persen santri berasal dari luar desa seperti di Masbagik, Suele, hingga dengan Lombok Tengah.

"Mungkin hanya 6 orang santrinya yang dari sini, bisa dihitung jarilah," katanya.

Saking tertutupnya Ponpes tersebut, wargapun kerap menduga-duga apa saja yang dilakukannya didalam, hingga pemberitaan di media terkait pelecehan membuat warga sekitar mulai menaruh kecurigaannya.

"Tertutup Ponpes ini, warga juga sempat menduga yang tidak tidak terjadi di Ponpes ini," jelasnya.

Saat ini, Oknum pimpinan ponpes tersebut sudah ditangkap Satreskrim Polres Lombok Timur dengan tuduhan pelecehan seksual yang dilakukannya terhadap santriwatinya.

Hal tersebut juga disampaikan Kasat Reskrim Polres Lombok Timur AKP Hilmi Manusson Prayugo membebarkan penahanan oknum pimpinan Ponpes tersebut.

"Benar kami melakukan penahanan terhadap oknum di salah satu Ponpes yang diduga melakukan persetubuhan terhadap santriwatinya," kata Kasat Reskrim Hilmy.

Lebih lanjut disampaikannya, hingga saat ini, Satreskrim Lombok Timur sudah menerima 2 laporan dari para korban.

Mengingat kemungkinan ada tambahan korban, ia menghimbau para korban yang merasa dirugikan segera melapor ke Polres Lombok Timur.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved